Konflik Rusia vs Ukraina

Orang Dekat Presiden Rusia Vladimir Putin Sebut Ada Potensi Bencana Nuklir

Sebelum menginvasi Ukraina, Putin telah menyuarakan keprihatinan tentang kehadiran besar NATO di Eropa Timur.

Editor: Faisal Zamzami
Nuklir 

SERAMBINEWS.COM - Orang dekat Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh AS mencari "akhir dari tanah air kita".

Dia juga mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan dapat mengakibatkan potensi bencana nuklir.

Dilansir The Hill, Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia yang sebelumnya menjabat sebagai presiden dan perdana menteri, menulis dalam sebuah posting di situs jejaring sosial Rusia, VK.com.

Dia menyebut bahwa Rusia telah menjadi "target permainan biasa-biasa saja dan primitif yang sama" sejak runtuhnya Uni Soviet.

"Ini berarti bahwa Rusia harus dipermalukan, dibatasi, diguncang, dibagi, dan dihancurkan," tulis Medvedev.

Dia mengatakan jika orang Amerika berhasil mencapai tujuan itu, maka akan ada "kekuatan nuklir terbesar dengan rezim politik yang tidak stabil, kepemimpinan yang lemah, kehancuran ekonomi dan jumlah maksimum hulu ledak nuklir yang ditujukan untuk target di AS dan Eropa."

Bulan lalu, Putin menempatkan sistem pertahanan nuklir Rusia dalam siaga tinggi, meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi antara AS dan Rusia, dua negara adidaya nuklir.

Invasi Rusia ke Ukraina bulan lalu telah menuai kecaman luas dari negara-negara di seluruh dunia.

AS telah memimpin dalam penerapan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia ketika ketegangan meningkat antara kedua negara, mencapai tingkat yang tidak terlihat sejak Perang Dingin.

Sebelum menginvasi Ukraina, Putin telah menyuarakan keprihatinan tentang kehadiran besar NATO di Eropa Timur.

 
Dia menuntut Ukraina untuk tidak pernah bergabung dengan aliansi tersebut, sebuah seruan yang ditolak oleh AS dan sekutunya.

Presiden Biden menyebut Putin sebagai "penjahat perang" minggu lalu. Lalu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menetapkan bahwa Rusia telah melakukan kejahatan perang di Ukraina.

Terlepas dari ketegangan di Ukraina, para pemimpin AS telah lama mengatakan bahwa mereka menginginkan perdamaian dan Rusia yang stabil.

Tapi Kremlin tidak akan mengesampingkan penggunaan nuklir jika terjadi "ancaman eksistensial".

Baca juga: Sekjen NATO Tegaskan, Presiden Rusia Lakukan Kesalahan Besar, Invasi ke Ukraina

Baca juga: Rusia Siap Hancurkan Agresor Dalam Hitungan Menit dan Jarak Berapapun, Jika Ikut Campur di Ukraina

Kremlin: Rusia Hanya Akan Gunakan Nuklir jika Terancam

 Kremlin menyatakan, Rusia hanya akan menggunakan senjata nuklir jika negaranya terancam.

Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada CNN dalam sebuah wawancara pada Selasa (22/3/2022).

Komentar muncul hampir empat pekan setelah Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina sejak 24 Februari, sebagaimana dilansir Reuters.

Peskov menuturkan hal tersebut tengah kekhawatiran Barat bahwa konflik di sana dapat meningkat menjadi perang nuklir.

Peskov membuat komentarnya itu dalam sebuah wawancara berbahasa Inggris ketika ditanya apakah dia yakin Presiden Rusia Vladimir Putin tidak akan menggunakan senjata nuklir.

“Kami memiliki konsep keamanan dalam negeri dan bersifat publik, Anda dapat membaca semua alasan penggunaan senjata nuklir,” tutur Peskov.

“Jadi jika itu adalah ancaman eksistensial bagi negara kami, maka itu (nuklir) dapat digunakan sesuai dengan konsep kami,” ujar Peskov.


Bulan lalu, Putin memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk siaga tinggi.

Sejalan dengan perintah tersebut, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada 28 Februari bahwa pasukan rudal nuklirnya, Armada Utara, dan Armada Pasifik telah ditempatkan pada tugas tempur yang ditingkatkan.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan pada 14 Maret bahwa konflik nuklir kembali menjadi ancaman.

"Prospek konflik nuklir, yang dulu tidak terpikirkan, sekarang kembali ke ranah kemungkinan," kata Guterres.

 

Sekjen NATO: Rusia Tidak Akan Dapat Memenangi Perang Nuklir

NATO memperingatkan terhadap perang Rusia di Ukraina yang mengarah ke konfrontasi nuklir antara Moskwa dan Barat.

"Rusia harus menghentikan retorika nuklir berbahaya yang tidak bertanggung jawab ini," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam konferensi pers, dilansir dari Reuters.

"Tapi, jangan ada keraguan tentang kesiapan kita untuk melindungi dan membela sekutu dari ancaman apa pun, kapan saja," tambahnya.

"Rusia harus memahami bahwa mereka tidak akan pernah bisa memenangi perang nuklir," katanya.

Ini disampaikan Jens pada malam pertemuan puncak para pemimpin nasional aliansi militer Barat di Brussel.

"NATO bukan bagian dari konflik. Memberikan dukungan ke Ukraina, tetapi bukan bagian dari konflik," ujar Jens.

"NATO tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina. Sangat penting untuk memberikan dukungan kepada Ukraina dan kami meningkatkannya."

"Tetapi, pada saat yang sama juga sangat penting untuk mencegah konflik ini menjadi perang penuh antara NATO dan Rusia," tambahnya.

Baca juga: Sekjen NATO Tegaskan, Presiden Rusia Lakukan Kesalahan Besar, Invasi ke Ukraina

Baca juga: Uni Emirat Arab Resmi Gunakan Pembangkit Listrik Nuklir Barakah

Baca juga: Siswa SMP Cabuli Dua Anak Perempuan di Makassar, Pelaku Nyaris Diamuk Warga

Kompas.com: Orang Dekat Putin Sebut Ada Potensi Bencana Nuklir

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved