Berita Jakarta

Undang Putin di KTT G20, RI jadi Sorotan Dunia

Indonesia saat ini tengah menjadi sorotan dunia terkait rencana mengundang Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pertemuan Konferensi

Editor: bakri
AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin . 

JAKARTA - Indonesia saat ini tengah menjadi sorotan dunia terkait rencana mengundang Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara Anggota G20 yang bakal berlangsung di Bali, pada Oktober mendatang.

Beberapa negara Eropa bahkan mengecam Indonesia.

Di antaranya datang dari Australia.

Negeri Kangguru ini menilai keputusan Indonesia mengundang Putin adalah langkah yang terlalu jauh.

"Saya pikir, di ruangan kita perlu mengundang orang-orang yang tidak menyerang negara lain," kata Perdana Menteri Australia, Scott Morrison pada Kamis (24/3/2022), dikutip dari AFP.

Presiden Jokowi Ikuti KTT Luar Biasa G20 dari Istana Bogor, Kamis (26/3/2020).  (Biro Setpres)
Presiden Jokowi Ikuti KTT Luar Biasa G20 dari Istana Bogor, Kamis (26/3/2020). (Biro Setpres) (Biro Setpres)

Morrison mengaku sudah melakukan kontak langsung dengan Presiden Indonesia Joko Widodo tentang kehadiran Putin di G20, yang mengundang negara-negara perekonomian top dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Jepang, dan beberapa negara Eropa.

"Rusia menginvasi Ukraina.

Ini adalah tindakan kekerasan dan agresif yang menghancurkan aturan hukum internasional," kata Morrison pada konferensi pers di Melbourne.

Baca juga: KTT G20, Ujian Diplomasi Indonesia

Baca juga: Mengenal G20 yang Jaketnya Dipakai Jokowi saat MotoGP Mandalika, Indonesia Jadi Presidensi

"Dan ide untuk duduk satu meja dengan Vladimir Putin.

Bagi saya, adalah langkah yang terlalu jauh," pungkasnya.

Sementara Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan, Rusia harus dikeluarkan dari ekonomi utama G20.

Topik tersebut diangkat selama pertemuannya dengan para pemimpin dunia di Brussel pada Kamis pagi, sebagaimana dilansir Reuters.

“Jawaban saya adalah ya, tergantung pada G20,” kata Biden.

Biden juga mengatakan jika negara-negara seperti Indonesia dan lainnya yang tidak setuju dengan dikeluarkannya Rusia dari G20, maka dalam pandangannya, juga harus mengundang Ukraina dalam pertemuan tingkat tinggi tersebut.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, sebelumnya menyatakan bahwa AS akan memimpin tekanan pada Rusia untuk disingkirkan dari forum internasional.

"Mengenai pertanyaan G20, saya hanya akan mengatakan, kami percaya bahwa ini tidak bisa menjadi bisnis seperti biasa bagi Rusia di lembaga internasional dan komunitas internasional," kata Jake Sullivan.

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, juga berharap Presiden Rusia tidak diundang dalam Presidensi G20 yang akan dilangsungkan di Indonesia.

Meski demikian, ia mengakui bahwa dirinya tidak memiliki kapasitas untuk mengatur Indonesia.

Baca juga: Duta Besar Ukraina Minta Indonesia Boikot Kedatangan Vladimir Putin di KTT G20 Bali

"Saya tidak dalam posisi untuk beri nasihat kepada pemerintah atau Presiden Indonesia.

Saya sangat menghargai warga Indonesia dan presidennya.

Tetapi akan sangat baik apabila Federasi Rusia diboikot oleh pertemuan dan konferensi dunia," kata Vasyl di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (25/3/2022) usai menemui Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar dalam audiensi di Gedung Parlemen Senayan.

Vasyl mengatakan, Putin tidak pantas berbicara mengenai isu-isu perdamaian, keamanan dan stabilitas dunia.

"Sosok kriminal dan diktator dunia saya pikir tak punya hak untuk mendiskusikan isu keamanan, stabilitas dan pengembangan dunia seperti ini (di G20).

Kehadirannya di pertemuan mana pun, di publik yang bebas dan negara demokrasi akan memalukan bagi negeri ini," jelasnya.

Polandia juga secara berani meminta agar Rusia diusir dari G20.

Polandia bahkan menyatakan minatnya untuk menggantikan posisi Rusia.

Dilaporan Polskie Radio, Kamis (24/3/2022), gagasan itu diberikan oleh Menteri Pembangunan dan Teknologi, Piotr Nowak.

Ia bahkan sudah membahas ini dengan Amerika Serikat.

Baca juga: Menko Airlangga Ajak Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Manfaatkan Momentum Presidensi G20 Indonesia

"Proposal kami untuk mencopot Rusia dari grup G20 dan menggantikannya dengan Polandia diterima dengan pemahaman besar oleh perwakilan-perwakilan administrasi Amerika," ujarnya.

Sementara itu, China menggambarkan Rusia sebagai anggota penting G20 dan tidak ada negara yang berhak mengusir Rusia.

"G20 adalah forum utama untuk kerja sama ekonomi internasional," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin kepada wartawan.

"Rusia adalah anggota penting, dan tidak ada anggota yang berhak mengusir negara lain," tambah dia, dikutip dari AFP.

Beri Apresiasi

Di lain pihak, Pemerintah Federasi Rusia mengapresiasi keputusan Indonesia mengundang semua anggota Group of Twenty dalam semua rangkaian agenda kelompok 20 ekonomi dengan produk domestik terbesar di dunia itu.

Indonesia memutuskan mengundang semua anggota G20 di tengah tekanan AS dan sekutunya.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva mengatakan, Indonesia telah menunjukkan ketegasan dengan memutuskan mengundang semua anggota G20.

“Kami sangat berharap pemerintah Indonesia tidak akan menyerah pada tekanan mengerikan yang diterapkan oleh negara Barat,” kata dia dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (23/3/2022), di Jakarta, sebagaimana dikutip dari Kompas.id.

Selama diundang, Rusia memastikan akan hadir di semua kegiatan G20.

Bahkan, Presiden Vladimir Putin dinyatakan siap hadir langsung dalam pertemuan puncak G20 di Denpasar Bali pada 15-16 November 2022.

Baca juga: Kemitraan Pemerintah dengan OECD Dapat Mendukung Agenda Prioritas Dalam Presidensi G20 Indonesia

“Tapi tentu akan tergantung pada perkembangan keadaan, juga pandemi Covid-19,” ujarnya.

Tetap Netral

Pemerintah Indonesia memastikan KTT G20 dilaksanakan dengan netral di tengah konflik antara negara-negara Barat dan Rusia terkait perang di Ukraina.

Hal tersebut disampaikan Staf Khusus Menteri Luar Negeri (Menlu) RI untuk Penguatan Program-Program Prioritas, Dian Triansyah Djanin, melalui keterangan tertulisnya, Kamis (24/3/2022).

Dian menegaskan, Presidensi G20 Indonesia 2022 bersifat imparsial dan netral.

Indonesia mengundang semua anggota G20 seperti apa yang dilakukan presidensi sebelumnya.

“Memang kewajiban Presidensi G20 untuk mengundang anggota semuanya,” kata Dian. (kompas.com/kontan)

Baca juga: Kepemimpinan Indonesia Dalam G20 Kembali Dapat Pujian, Menlu AS: Menggerakkan Kita Semua

Baca juga: Kerja Sama Forum G20 dan G7 Lawan Penyakit Tuberkulosis dan Perkuat Arsitektur Kesehatan Global

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved