Berita Jakarta
KTT G20, Ujian Diplomasi Indonesia
POSISI Indonesia sebagai pemegang kepresidenan bergilir G20 pada tahun ini dianggap sebagai ujian untuk memperlihatkan
POSISI Indonesia sebagai pemegang kepresidenan bergilir G20 pada tahun ini dianggap sebagai ujian untuk memperlihatkan sikap diplomasi negara.
Sebab, anggota forum G20, yakni Amerika Serikat dan Rusia, tengah berseteru terkait konflik militer di Ukraina.
"Ini menjadi ujian bagi presidency Indonesia di G20," kata peneliti Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian Universitas Al Azhar Indonesia, Ramdhan Muhaimin, Kamis (24/3/2022).
Pelaksanaan KTT G20 tahun ini juga menjadi ajang untuk memperlihatkan wujud politik luar negeri Indonesia terkait persoalan konflik Rusia dan Ukraina.
Ramdhan mengatakan, pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam konflik Rusia-Ukraina adalah juga anggota G20.
Mereka antara lain Rusia, Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Kanada, Inggris, Jepang, dan Turki.
Sebagian anggota G20 juga adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sekutu AS, sedangkan sebagian kecilnya yaitu China dan India saat ini memberikan dukungan pada Rusia.
"Jadi ini situasi yang cukup menyulitkan bagi Indonesia.
Sehingga, akan sulit terhindarkan dari pengaruh konflik Rusia-Ukraina ke dalam soliditas G20," ujar Ramdhan.
Untuk itu, Indonesia dia minta menggunakan seluruh cara diplomasi.
Baca juga: Mengenal G20 yang Jaketnya Dipakai Jokowi saat MotoGP Mandalika, Indonesia Jadi Presidensi
Baca juga: Duta Besar Ukraina Minta Indonesia Boikot Kedatangan Vladimir Putin di KTT G20 Bali
"Saya kira langkah yang bisa diambil Indonesia adalah open diplomacy, intensive diplomacy, hingga shuttle diplomacy," kata Ramdhan Muhaimin.
Sementara itu, pakar hubungan internasional dari Universitas Indonesia (UI), Hariyadi Wirawan memprediksi, jika Putin tetap hadir, AS dan negara-negara sekutunya hanya akan mengirim delegasi saja di KTT G20 itu.
Kepala negara atau kepala pemerintahan tidak akan hadir.
"Walaupun Indonesia tetap mengundang Putin, dan itu berarti kepala negara G20 lainnya (kemungkinan) tidak datang atau menurunkan delegasinya," kata Hariyadi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/3/2022).
Hariyadi juga memprediksi, AS dan negara-negara sekutunya akan meminta Indonesia untuk menunda pertemuan KTT G20 tersebut.