Berita Banda Aceh
10 Desainer Aceh Berkompetisi dalam Islamic Fashion Festival, Tampilkan Karya Motif Khas Aceh
Kesepuluh desainer ini menampilkan karyanya untuk dilombakan dengan mengaplikasikan kain motif khas Aceh
Penulis: Mawaddatul Husna | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Mawaddatul Husna | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Sebanyak 10 desainer Aceh berkompetisi dalam Islamic Fashion Festival (IFF) bertema “Aceh Diversity” yang berlangsung di Hotel Amel Convention Hall, Banda Aceh, Minggu (27/3/2022).
Kesepuluh desainer ini menampilkan karyanya untuk dilombakan dengan mengaplikasikan kain motif khas Aceh.
Berikut sekilas deskripsi desain busana yang ditampilkan oleh masing-masing peserta Fashion Design Competition (FDC) ini yaitu pertama, desainer Salwa Fadia mengangkat tema untuk karyanya Denie.
Dataran gayo menjadi salah satu daerah di Aceh yang menyumbangkan banyak kekayaan alam.
Terinspirasi dari kekayaan alam Gayo yang berlimpah dan memiliki berbagai jenis bunga-bunga indah, Denie yang berarti alam dalam bahasa Gayo menjadi nama dari busana tersebut dengan perpaduan berbagai jenis motif flora menggambarkan keindahan alam yang dimiliki oleh tanah gayo.
Baca juga: Kontroversi Arnold Putra, Desainer Indonesia Bikin Tas dari Tulang Anak hingga Paket Organ Manusia
Misra Faiza mengangkat tema Green Scratch.
Pada look bertema ini memiliki konsep modest wear yang modern terdiri atas tiga pics.
Dimana yang pertama baju long dress bahan gragenza, yang kedua auter hight low dengan bahan batik printing, dan yang ketiga ada rok luaran midi yang diikat pada pinggangnya.
Muchlisin bertema Inong.
Busana ready to wear pada kompetisi IFF 2022 ini terinspirasi dari tokoh-tokoh pahlawan wanita yaitu Cut Nyak Dhien, Laksamana Keumalahayati, yang mempresentasikan Diversity of Women yang mana telah berkontribusi besar terhadap keragaman budaya di Aceh.
Style design stelan yang simple klasik memberi kesan independent dan aktif.
Baca juga: VIDEO Desainer Muda Aceh Pamerkan Karya di Aceh Muslim Fashion 2021
Elvina Safitri mengangkat tema Blue Shore (Pantai Biru).
Desain busana ini terinspirasi dari Selat Malaka yang menjadikan Samudera Pasai sebagai pemberhentian utama para pedagang dunia.
Motif-motif yang digunakan merupakan simbolisasi dari perdagangan yang dilakukan antara Aceh dengan Cina yang memiliki makna tersendiri.
Warna yang digunakan pada busana ini bernuansa biru dan putih yang menggambarkan keindahan pantai di Aceh.
Millia Manja Tawarina. Koleksi karyanya berjudul “The Wave” yang berarti gelombang atau ombak.
Terinspirasi dari bencana tsunami yang terjadi di Aceh pada 2004. Koleksi ini merupakan jenis ready to wear dengan sentuhan batik Aceh yang menambah pesonanya.
Koleksi ini termasuk dalam jenis elemen air yang ditekankan pada bentuk rok bergelombang seperti ombak air.
Baca juga: Anies Baswedan Tiba-tiba Diadang Emak-emak, Gubernur DKI Jakarta Langsung Keluarkan Ini
Azzahra Fadhilah Yartsya mengangkat tema “Prosperity in Modesty” (kesejahteraan, kesuburan, kemakmuran dalam kesederhanaan).
Dalam desain ini tertuang kebudayaan serta karakteristik dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat Aceh.
Perpaduan ragam hias dari berbagai etnis di Aceh menjadikan motif ini penuh dengan berbagai makna dan corak.
Nabila Fatin Jannata. The thousand finger terinspirasi dari salah satu keberagaman budaya aceh dari segi tarian, yaitu tari saman.
Tari saman mengandung unsur pendidikan, keagamaan, sopan santun, kekuatan dan kebersamaan. Unsur-unsur tersebut dituang kedalam busana yang diciptakan.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini Minggu 27 Maret 2022, Berikut Rincian Harga Emas Per Gram
Mulia Fadhila mengangkat tema “Seashore” (Tepi Pantai).
Desain ini terinspirasi dari kearifan lokal budaya aceh pesisir yaitu tarek pukat yang menggambarkan semangat gotong royong pada masyarakat Aceh.
Ini dapat dilihat pada penambahan hiasan makrame yang disimpul berbentuk jarring pukat, serta penambahan motif khas aceh.
Asmayanti menampilkan busana dengan tema “Seulanga Puter Tali”.
Terinspirasi dari motif-motif khas Aceh pesisir dan Aceh pedalaman.
Seulanga bermakna bunga seulanga dan puter tali bermakna kesatuan dan persatuan yang diambil dari bahasa Gayo.
Baca juga: Langka! Bayi Kembar Ini Bisa Lahir Saat Masih Dalam Kantung Ketuban, Padahal Saudaranya Lahir Normal
Dan terakhir, Nanda Mulyani busana yang ditampilkan bertema “Top Tepong”, merupakan tradisi orang Aceh dalam menyambut Ramadhan dan Idul Fitri.
Masyarakat menumbuk beras bersama-sama untuk mendapatkan tepung sebagai bahan dasar dalam pembuatan kue lebaran di Aceh.
Kerinduan akan Ramadhan di kampung halaman melahirkan inspirasi karya dengan tema Top Tepong.
Satu per satu karya dari desainer ini diperagakan oleh para model dihadapan dewan juri yaitu Cut Putri Kausaria ST, Nelisma AmD, Riswandi MPd, dan Eggy Pegri Lindira Putri SH yang merupakan Putri Indonesia Aceh 2022.
Baca juga: Janda 64 Tahun Ditemukan Tewas Tanpa Busana di Rumahnya, Korban Diduga Dibunuh
Rangkaian acara dalam IFF ini antaranya Aceh Designer Fashion Show, Fashion Model Competition, Fashion Design Competition, Bazaar online selama satu bulan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Kegiatan ini dilaksanakan bertujuan untuk memperluas jaringan pemasaran para desainer, pemilik label pakaian, dan pengusaha konveksi di Aceh dengan mempertemukan mereka dengan para penjual-penjual busana, yang berperan sebagai distributor pakaian serta dengan para pembeli secara online.
IFF 2022 ini dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang diwakili oleh Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Budaya, Evi Mayasari.
Serta juga dihadiri oleh Kepala Tim Implementasi KEKDA (TIK) Bank Indonesia Provinsi Aceh, Lenny Novita. (*)
Baca juga: Sukses Rancang Busana Selebritis Tanah Air, Desainer Ini Bikin Jas Seharga Rp 14 Miliar