Berita Nasional

Densus Tangkap 16 Orang di Sumbar, BNPT: Indonesia Butuh Pemuda Militan

Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menangkap 16 terduga teroris di tiga daerah di Sumatera Barat (Sumbar)

Editor: bakri
Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra
Densus 88 Antiteror Polri menangkap eks Sekretaris Umum FPI Munarman. 

Marthinus melanjutkan, dengan upaya pencegahan yang dilakukan Densus 88, angka kejadian terorisme turun dari 13 kejadian pada 2020 menjadi 6 kejadian pada 2021, meski jumlah teroris yang ditangkap bertambah.

"Pada tahun 2021 itu penangkapan itu menurunkan tingkat attack atau kejadian terorisme.

Namun, dengan penangkapan begitu banyak, itu berindikasi bahwa terorisme itu masih ada," kata Marthinus.

Ia menambahkan, ancaman terorisme juga masih eksis setelah adanya pergantian pemimpin ISIS di Suriah.

Baca juga: Densus 88 Sudah Tangkap 56 Anggota Jaringan Terorisme Per Maret 2022

Ia menyebutkan, pimpinan ISIS masih mengendalikan jaringan-jaringan mereka di Indonesia.

Menurut Marthinus, hal itu terbukti ketika Densus menangkap sejumlah orang yang terlibat dengan media ISIS.

"Mereka diperintahkan untuk menduplikasi propaganda-propaganda mereka yang tadinya dalam bahasa Arab kemudian di-translate ke dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris lalu disebarkan lagi ke media sosial," ungkapnya.

"Artinya secara ideologi, secara spirit, mereka tuh masih tetap ada.

Walaupun di Timur Tengah mereka kehilangan teritori, tapi dengan hadirnya pemimpin baru, artinya ada napas atau angin segar buat mereka untuk kenbali eksis," imbuh dia.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengatakan bangsa Indonesia membutuhkan pemuda yang militan dalam melawan narasi propaganda terorisme.

Ahmad Nurwakhid mengatakan hal itu dalam sambutannya melalui siaran langsung jarak jauh Pengukuhan Generasi Baru Duta Damai dalam kegiatan Regenerasi Duta Damai Dunia Maya Regional Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diselenggarakan di Lombok Barat, Jumat (25/3/2022).

“Jiwa militansi dan nasionalisme inilah yang kami butuhkan dalam mencetak kader-kader Duta Damai sebagai anak muda selalu siap memberikan narasi tanding yang lebih kreatif dan bisa memengaruhi generasi muda,” katanya dalam keterangan pers BNPT.

Nurwakhid menjelaskan keberadaan Duta Damai menjadi strategi tersendiri dalam menangkal propaganda radikalisme di dunia maya.

Hal ini guna melawan kelompok teroris dalam memanfaatkan jaringan internet sebagai alat mempromosikan dan mengkampanyekan paham kekerasan.

“Mereka (teroris) sangat militan dengan menyebar berbagai konten di dunia maya yang mampu menarik minat orang dewasa, remaja, bahkan anak usia dini melalui konten propaganda, indoktrinasi hingga rekrutmen,” jelas alumni Akpol Tahun 1989 itu.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved