Internasional
Penguasa Taliban Larang Perempuan Bepergian Sendiri Naik Pesawat, Puluhan Wanita Disuruh Pulang
Penguasa Afghanistan, Taliban menolak mengizinkan puluhan wanita naik pesawat, termasuk beberapa keluar negeri.
SERAMBINEWS.COM, KABUL - Penguasa Afghanistan, Taliban menolak mengizinkan puluhan wanita naik pesawat, termasuk beberapa keluar negeri.
Mereka bepergian tanpa wali laki-laki, kata dua pejabat maskapai penerbangan Afghanistan, Sabtu (26/3/2022),
Para pejabat mengatakan lusinan wanita yang tiba di bandara internasional Kabul pada Jumat (25/3/2022) untuk naik penerbangan domestik dan internasional diberitahu, tidak dapat pergi tanpa wali laki-laki.
Beberapa wanita merupanwarga negara ganda yang kembali ke rumah dari luar negeri,
Termasuk beberapa dari Kanada, menurut salah satu pejabat.
Wanita ditolak naik pesawat ke Islamabad, Dubai dan Turki di Kam Air dan Ariana Airline milik negara, kata para pejabat.
Perintah itu datang dari pimpinan Taliban, kata seorang pejabat.
Baca juga: Puluhan Ribu Gadis Muda Afghanistan Bergembira, Taliban Izinkan Kembali Sekolah
Pada Sabtu (26/3/2022), beberapa wanita yang bepergian sendiri diberi izin untuk naik penerbangan Ariana Airlines ke barat Provinsi Herat.
Namun, pada saat izin diberikan, mereka telah ketinggalan pesawat, katanya.
Presiden bandara dan kepala polisi, baik dari gerakan Taliban dan ulama Islam, bertemu dengan pejabat maskapai.
"Mereka mencoba untuk menyelesaikannya," kata pejabat itu.
Dilansir AFP, masih belum jelas apakah Taliban akan mengecualikan perjalanan udara dari perintah yang dikeluarkan beberapa bulan lalu.
Dimana, mengharuskan perempuan bepergian lebih dari 72 kilometer untuk ditemani kerabat laki-laki.
Serangan terbaru terhadap hak-hak perempuan di Afghanistan yang dikelola Taliban terjadi hanya beberapa hari setelah melanggar janji mengizinkan anak perempuan kembali sekolah.
Baca juga: Taliban Salahkan Barat, Krisis Kemanusiaan Semakin Mendalam di Afghanistan
Langkah itu membuat marah masyarakat internasional, yang enggan mengakui pemerintah yang dijalankan Taliban sejak Taliban berkuasa Agustus lalu.
Khawatir mereka akan kembali ke aturan keras mereka pada 1990-an.
Penolakan Taliban untuk membuka pendidikan bagi semua anak Afghanistan juga membuat marah sebagian besar penduduk Afghanistan.
Pada Sabtu (26/3/2022) puluhan gadis berdemonstrasi di ibukota Afghanistan menuntut hak untuk pergi ke sekolah.
Setelah larangan Taliban pada pendidikan anak perempuan di luar kelas enam, aktivis hak-hak perempuan Mahbouba Seraj pergi ke TV TOLO Afghanistan untuk bertanya:
“Bagaimana kami sebagai bangsa mempercayai Anda dengan kata-kata Anda lagi?
"Apa yang harus kami lakukan untuk menyenangkan Anda?
"Haruskah kita semua mati?”
Baca juga: Afghanistan Jadi Negeri Paling Tidak Bahagia di Dunia, Posisi Terakhir dari 149 Negara
Sebuah badan amal Afghanistan bernama PenPath, yang mengelola lusinan sekolah "rahasia' dengan ribuan sukarelawan, berencana menggelar protes di seluruh negeri.
Mereka ingin menuntut Taliban membatalkan perintahnya, kata Matiullah Wesa, pendiri PenPath.
Pada Sabtu (26/3/20220 di Forum Doha 2022 di Qatar, Roya Mahboob, seorang pengusaha Afghanistan yang mendirikan tim robotika khusus perempuan di Afghanistan mendapat penghargaan.
Dalam sebuah wawancara setelah menerima penghargaan, Mahboob meminta banyak pemimpin global dan pembuat kebijakan untuk menekan Taliban agar membuka sekolah bagi semua anak Afghanistan.
Tim robotika melarikan diri dari Afghanistan ketika Taliban kembali berkuasa.
Tetapi Mahboob mengatakan dia masih berharap pusat sains dan teknologi yang dia harapkan untuk dibangun di Afghanistan untuk anak perempuan masih bisa dibangun.
Baca juga: Bank Pembangunan Islam Setujui Dana Perwalian Kemanusiaan Afghanistan
“Saya berharap komunitas internasional, komunitas Muslim tidak melupakan Afghanistan dan tidak meninggalkan kami,” katanya.
“Afghanistan adalah negara miskin," ujarnya.
"Tidak memiliki sumber daya yang cukup, dan jika Anda mengambil pengetahuan kami, saya tidak tahu apa yang akan terjadi," jelasnya.(*)