Internasional
Menlu Ukraina Ingatkan Tim Perundingnya Tidak Makan dan Minum, Bantah Abramovich Keracunan
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memperingatkan tim perunding tidak makan dan minum apapun saat berunding dengan Rusia.
SERAMBINEWS.COM, KIEV - Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memperingatkan tim perunding tidak makan dan minum apapun saat berunding dengan Rusia.
“Saya menyarankan siapa pun yang akan bernegosiasi dengan Rusia untuk tidak makan atau minum apa pun, dan sebaiknya menghindari menyentuh permukaan," ujarnya.
Kuleba menyampaikan hal itu menjelang pembicaraan damai dengan Rusia di Istabul pada Selasa (29/3/2022).
Dilansir AP, para pejabat AS mengatakan intelijen sangat menyarankan itu dan bukan keracunan.
Sebuah sumber yang dekat dengan Abramovich mengatakan: hal itu bisa jadi, karea Kremlin berpikir dia telah mengkhianati dengan mencoba mengejar perdamaian.
Diduga keracunan, miliarder itu tidak dimaksudkan untuk membunuhnya dan dua perwakilan Ukraina, kata kepala penyelidik Rusia dengan outlet berita investigasi Bellingcat.
Baca juga: Senator AS, Presiden Ukraina Sampai Dubes Ukraina untuk AS, Minta Barat Kirim Jet Tempur
Christo Grozev mengatakan kepada Times Radio, penjelasan paling masuk akal atas dugaan keracunan itu adalah peringatan bagi Abramovich.
Karena, dia secara sukarela bertindak sebagai mediator dalam negosiasi perdamaian.
"Itu bisa dilihat sebagai tanda peringatan bagi mereka untuk tidak bergabung dengan barisan orang-orang yang berbeda pendapat," tambahnya.
"Jangan terlalu menjadi broker yang jujur," katanya.
"Jika itu keracunan, itu adalah perkembangan yang mengkhawatirkan," kata seorang menteri Rusia.
Baca juga: Zelenskyy Menegaskan Oligarki Rusia Berusaha Membantu Ukraina Selama Invasi Rusia
Menteri Pendidikan Inggris Will Quince kepada Sky News, Selasa (29/3/2022) mengatakan akan mencari untuk membangun fakta seputar klaim tersebut.
Sebelumnya, para pejabat Kremlin dan Ukraina telah menolak laporan tentang dugaan keracunan itu tidak benar.
Ukraina, bekas republik Soviet yang telah lama berada di bawah kekuasaan imperium Rusia, telah semakin terhanyut ke orbit Uni Eropa dan NATO.
Rusia melancarkan perang dengan tujuan yang jelas untuk menguasai Ukraina, negara berpenduduk lebih dari 40 juta, dan mengubahnya menjadi negara satelit.
Tapi perang berjalan buruk sejak awal.
Pasukan Rusia menghadapi perlawanan sengit militer dan politik Ukraina.
Negara-negara Barat bersatu untuk menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan yang telah memukul mata uang Rusia Rubel.(*)
Baca juga: Ukraina Selidiki Video Tawanan Perang Rusia Ditembak dan Dilecehkan