Breaking News

Konflik Rusia vs Ukraina

Gunakan Standar Ganda Dalam Merespon Masalah Ukraina, Warga Timur Tengah Anggap Barat Munafik

Ketika Ukraina diserbu Rusia, negara Barat bergerak cepat dan langsung tancap gas memberikan bantuan.

Editor: Amirullah
AFP
Tentara Ukraina berjalan melewati bangunan yang hancur terkena serangan rudal jet tempur Rusia di Kota Mariupol. 

AS, Israel, dan Jerman telah mengeluarkan undang-undang yang bertujuan menekan aksi boikot yang dipimpin warga Palestina.

Hal ini berbeda dengan perusahaan Barat seperti McDonald, Exxon Mobil, dan Apple yang dipuji karena angkat kaki dari Rusia.

Di media sosial, masyarakat internasional terlihat menyemangati warga Ukraina yang berjuang melawan tentara pendudukan.

Namun, ketika warga Palestina dan Irak melakukan hal yang sama, mereka justru dicap sebagai teroris.

"Kami melawan tentara pendudukan, bahkan meski dunia mendukung Amerika, termasuk Ukraina yang merupakan bagian dari sekutu mereka," kata Sheikh Jabbar al-Rubai yang turut melawan pasukan AS dalam perang di Irak tahun 2003-2001.

"Karena dunia mendukung Amerika, mereka tidak memberi kami kemuliaan ini dan tidak menyebut kami melakukan perlawanan patriotik," kata dia.

"Tentu saja ini standar ganda, seolah kami adalah manusia yang lebih rendah."

Sementara itu, warga Baghdad bernama Abdulameer Khalid mengatakan tidak ada perbedaan antara perlawanan yang dilakukan warga Irak dan Ukraina.

"Perlawanan terhadap tentara Amerika di Irak lebih dapat dibenarkan, karena tentara Amerika melakukan perjalanan ribuan kilometer ke negara kami, sedangkan Rusia mengejar [dugaan] ancamaman yang berada di sebelah mereka," kata Khalid.

Namun, pakar politik Aaron David Miller mengatakan konflik di Timur Tengah jauh lebih rumit.

Menurutnya, konflik di Timur Tengah bukan "drama moralitas". Sementara itu, konflik di Ukraina bersifat khusus dalam hal moralitas.

Rusia dianggap melancarkan agresi dan perang besar terhadap negara tetangganya.

Kata Miller, analogi yang mirip adalah invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990.

Saat itu AS meresponsnya dengan membuat koalisi militer untuk melawan pasukan Irak.

Kendati demikian, Miller mengakui bahwa kebijakan luar negeri AS penuh dengan anomali, ketidakkonsistenan, kontradiksi, dan kemunafikan.

Halaman
123
Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved