Internasional
Kemarahan Warga Meningkat, Pasukan Israel Bunuh Tujuh Warga Palestina Dalam Tiga Hari Berturut-Turut
Kemarahan warga Palestina terus memuncak, khususnya seusai pasukan Israel membunuh tiga anggota Jihad Islam pada hari pertama Ramadhan, Sabtu
SERAMBINEWS.COM, RAMALLAH - Kemarahan warga Palestina terus memuncak, khususnya seusai pasukan Israel membunuh tiga anggota Jihad Islam pada hari pertama Ramadhan, Sabtu (2/4/2022).
Tiga anggota “sel teror” yang diduga ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel di Tepi Barat, menjadikan jumlah korban tewas dalam tiga hari terakhir menjadi tujuh orang.
Para korban meninggal terdiri dari lima orang di Jenin, satu di Betlehem dan satu di Hebron.
Kemarahan di wilayah pendudukan meningkat setelah kematian terbaru.
Warga Palestina berkumpul di rumah para korban untuk meneriakkan slogan dan menyerukan balas dendam.
Otoritas militer dan keamanan Israel mengatakan tiga orang yang tewas dalam operasi penangkapan tersebut adalah anggota kelompok Jihad Islam Palestina.
Israel mengatakan mereka bertanggung jawab atas serangan baru-baru ini terhadap target Israel dan sedang bersiap melakukan serangan di Israel.
Baca juga: Ketegangan Terus Meningkat di Sheikh Jarrah, Puluhan Aktivis Palestina Ditangkap
Senapan dan bom ditemukan di dalam kendaraan bermuatan peluru yang membawa Khalil Tawalbeh (24), dan Saeb Abahra (30,) keduanya dari Jenin, dan Saif Abu Labdah (25) dari Tulkarm.
Menurut saksi, lebih dari 200 tembakan dilepaskan ke kendaraan selama baku tembak yang menyebabkan empat tentara Israel terluka.
Mayat ketiga pria itu disita oleh pasukan Israel.
Foto-foto para korban yang dimuat di media sosial memicu kemarahan di antara warga Palestina yang sudah marah dengan bentrokan dalam beberapa hari terakhir ini.
Pasukan Pertahanan Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan:
"Menyusul operasi bersama oleh IDF, Shin Bet, sel teroris yang ini melakukan beberapa serangan terhadap pasukan keamanan dan berencana melakukan serangan segera, dimusnahkan malam ini."
Gerakan Jihad Islam bersumpah. tanggapannya akan menyamai dengan besarnya kejahatan Israel.
Baca juga: Menteri Luar Negeri AS Perkuat Abraham Accords, Hubungan Israel-Arab Akan Semakin Harmonis
Penguasa Gaza, Hamas, mengatakan pembunuhan yang dilakukan oleh musuh terhadap rakyat di Tepi Barat dan Jerusalem yang diduduki tidak akan memberi keamanan kepada Israel.
"Kami tidak akan memberi mereka legitimasi di wilayah tanah kami," tambahnya.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menggambarkan pembunuhan itu sebagai kejahatan mengerikan yang dilakukan di luar hukum/
Dia berharap pelakunya harus dimintai pertanggungjawaban di hadapan Pengadilan Kriminal Internasional.
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dan Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Aviv Kochavi menginstruksikan IDF untuk mempersiapkan bulan eskalasi.
Dimana, memerintahkan pengerahan pasukan keamanan Israel secara ekstensif di Tepi Barat dan dalam Israel.
Pasukan keamanan Israel telah meningkatkan penangkapan di Tepi Barat dan di antara warga Arab di Israel dalam beberapa hari terakhir ini.
Israel mengklaim mereka telah menggagalkan beberapa serangan yang direncanakan.
Sementara itu, juru bicara kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudina mengatakan:
“Pada saat banyak pihak berusaha untuk mencegah eskalasi di bulan suci Ramadhan, terutama AS, Israel melakukan serangan terprogram ini.”
"Kebijakan Israel menimbulkan ancaman bagi keamanan, stabilitas dan ketenangan,” tambahnya.
"Invasi Masjid Al-Aqsa oleh ekstremis Yahudi, disertai kejahatan harian pemukim, hanya akan menambah ketegangan, tambah Rudina.
Dia menyalahkan Israel atas konsekuensi dari eskalasi berbahaya, yang akan mengerikan dan berbahaya bagi semua orang dan seluruh wilayah.
Baca juga: Pasukan Israel Tembak Mati Pemuda Hebron, Balas Dendam Kematian 11 Warga Yahudi
Ahmed Rafiq Awad, kepala Pusat Studi Masa Depan Al-Quds di Universitas Al-Quds kepada Arab News, Minggu (2/4/2022) mengatakan pembunuhan keji ini tidak akan mengakhiri konflik Palestina-Israel.
Atau juga perjuangan untuk mengakhiri pendudukan, tetapi akan memotivasi generasi lain untuk mengikuti jalan yang sama.
“Jika tentara Israel percaya mereka dapat membunuh militan Palestina tanpa insiden mempengaruhi opini publik Palestina, itu salah," katanya.
Awad menggambarkan pemerintah Israel yang dipimpin oleh Perdana Menteri Naftali Bennett sangat lemah.(*)