Berita Aceh Tengah
Pie Kopi, Bubuk Kopi Gayo Diolah Jadi Makanan, Cocok Dijadikan Oleh-oleh, Sudah Dipesan Hingga Kairo
Pie Kopi, olahan kuliner yang membuat bubuk kopi dinikmati dengan cara dimakan.
Penulis: Bagus Setiawan | Editor: Mursal Ismail
Pie Kopi, olahan kuliner yang membuat bubuk kopi dinikmati dengan cara dimakan.
Laporan Bagus Setiawan | Aceh Tengah
SERAMBINEWS.COM, TAKENGON - Aceh Tengah merupakan daerah yang terkenal dengan Kopi Arabika.
Wisatawan yang berkunjung ke Aceh Tengah tentunya wajib mencicipi rasa Kopi Arabika khas Gayo ini.
Saat ini, wisatawan yang datang dapat menikmati kopi tanpa cara diminum, melainkan dimakan.
Pie Kopi, olahan kuliner yang membuat bubuk kopi dinikmati dengan cara dimakan.
Syalia dan Budi, pasangan yang merintis usaha makanan unik ini sejak tahun 2017.
Baca juga: Kedai IDEA Coffee Jakarta, Sajikan Kopi Gayo Asal Payatumpi
Syalia bercerita bahwa motivasi awal pembuatan Pie Kopi ini karena melihat Takengon merupakan kota wisata dan belum adanya oleh-oleh khas dari Takengon berupa makanan.
Selama ini, wisatawan hanya familiar dengan bubuk kopi saja.
Tentu ada kalangan yang tak bisa menikmati kopi melalui minuman, sehingga Syalia beserta suami terdorong untuk memberi warna baru bagi kuliner di Aceh Tengah.
Ia juga menjelaskan jika kue Pie olahannya tidak mengandung bahan pengawet, jadi hanya dapat bertahan lebih kurang dua minggu saja.
Dengan tekstur yang lembut dan rasa kopi yang ditawarkan, menjadi magnet tersendiri untuk wisatawan yang menikmatinya.
Baca juga: Wabup Aceh Tengah Firdaus Temui Dirjen PSP Kementan, Bahas Pemulihan Ekonomi Berbasis Kopi Gayo
Amatan Serambinews.com pada, Rabu (6/4/2022) di tempat produksi Pie Kopi ini, yang berada di jalan Terminal Paya Ilang, Blang Kolak II, Kecamatan Bebesen, beberapa karyawan tampak sibuk.
Ada dengan kegiatan mereka, terlihat ada yang mengemas kue yang sudah jadi, mengaduk adonan kue dan mencetak kue ke dalam cetakan.
Tempat produksi kue Pie Kopi ini hampir setiap hari beroperasi, dalam sekali produksi Pie Kopi, dapat menghabiskan setidaknya 15-20 kilogram tepung dan 250 gram Kopi Arabika asli.
Selain itu, juga menghabiskan dua tabung gas 12 kilogram dalam seminggu.
Kenaikan beberapa harga bahan baku juga turut dirasakan dampaknya, Syalia mengungkapkan omzetnya berkurang sejak naiknya harga bahan baku.
Baca juga: Kelompok Tani Sara Tangke Ekspor Kopi Gayo via Udara, Hasil Binaan KPwBI Lhokseumawe
"Terasa dampaknya karena naiknya bahan baku ini, gas juga mulai naik.
Omzet yang didapat sedikit karena tidak mungkin menaikkan harga jual dan mengurangi ukuran kuenya," jelas Syalia.
Omzet didapat sebelum naiknya harga bahan baku mencapai Rp 60-70 juta per bulan, kini menyusut hingga Rp 40 - 50 juta per bulan.
Penjualan Pie Kopi ini meningkat saat weekend dan hari libur besar lain. Selain dari pembeli yang datang, penjualan juga dilayani melalui media sosial.
Penjualannya selain seluruh wilayah Aceh, juga telah merambah ke berbagai kota di Indonesia seperti di Pulau Jawa dan Kalimantan, bahkan ada yang dipesan hingga Kairo, Mesir. (*)