Masa Depan Aceh
Indra Iskandar: Kegemilangan Masa Lalu & Pencapaian Kini, Renungan Bagi Perencanaan Masa Depan Aceh
Bertindak sebagai imam Ustadz Munawir Umar, putra Aceh yang terpilih menjadi imam di masjid New York AS dan ceramah Ramadhan diisi HM Yakob Amin, ulam
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Fikar W.Eda I Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Sekjen DPR RI Dr Ir Indra Iskandar, M Si menyampaikan kegemilangan Aceh masa lalu dengan pencapaian Aceh masa kini kiranya menjadi renungan dan menjadi bahan awal perencanaan terhadap Aceh masa depan.
Hal itu disampaikan Indra Iskandar dalam acara buka puasa bersama Taman Iskandar Muda yang dihadiri ratusan warga Aceh di Wisma TIM, Jalan Perahu No 1 Jakarta Selatan, Minggu (19/4/2022).
Acara buka puasa warga Aceh itu dilanjutkan dengan shalat magrib, Isya dan tarawih berjamaah setelah diselingi makan malam dengan menu khas Aceh.
Bertindak sebagai imam Ustadz Munawir Umar, putra Aceh yang terpilih menjadi imam di masjid New York AS dan ceramah Ramadhan diisi HM Yakob Amin, ulama berasal dari Aceh Singkil.
• Tokoh Aceh & Pusat Bicara dalam Diskusi Polemik Perubahan UUPA, Disiarkan Sosmed Serambinews
Pada kesempatan itu juga dilakukan pengumpulan zakat, infak dan sadakah yang disalurkan melalui Badan Amil Zakat yang dibentuk Taman Iskandar Muda.
Diantara tokoh-tokoh Aceh yang hadir Mustafa Abubakar, dua diplomat Teuku Faizasyah dan Hamzah Thaib, Ghazali Abbas Adan dan banyak lagi.
"Perbandingan Aceh masa lalu dengan Aceh masa kini kiranya menjadi bahan renungan dan sekaligus menjadi awal perencanaan terhadap Aceh masa depan. Masih pekerjaan rumah yang harus kita lakukan untuk mewujudkan kegemilangan Aceh seperti yang pernah dicapai di masa lalu," katanya.
Ia menyerukan agar masyarakat Aceh seluruh elemen bersatu dan saling bahu membahu mewujudkannya.
"Semoga saja perenungan kuat dalam Ramdhan ini mendapatkan pencerahan dalam rangka membangun Aceh yang lebih baik lagi," kata Indra Iskandar.
Ia mengutip laporan perekonomian Provinsi Aceh yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, memperlihatkan masih tingginya angka kemiskinan di Aceh, yaitu 15,53 persen, sementara rata-rata Sumatera hanya 9,75 persen dan rata-rata angka kemiskinan nasional 9,79 persen.
Secara kuantitatif penduduk miskin di Aceh pada September 2021 mencapai 850 ribu jiwa meningkat dari periode tahun sebelumnya 833 ribu orang.
.
"Masyarakat Aceh masih diliputi sikap pesimis akan adanya perbaikan pendapatan dan kesejahteraan. Karena masih minimnya ketersediaan lapangan kerja selain faktor struktural atau kebijakan yang masih belum menyasar kepada akar
masalah kemiskinan, menjadi salah satu penyebab terhambatnya penanggulangan kemiskinan di Aceh," kata Indra Iskandar.
Disisi lain pertumbuhan ekonomi Aceh mengalami peningkatan. Laporan BI pada Februari 2022 menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tercatat 7,39 persen atau membaik dibanding triwulan III 7,01 persen.
Peningkatan itu terjadi karena peningkatan konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri.
Dari sektor lapangan usaha disumbang dari sektor pertanian, perikanan serta konsumsi.
Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Aceh akan meningkat pada 2022 dibanding 2021.
"Kondisi ini tejadi karena perbaikan konsumsi rumah tangga dan investasi.
Pada sisi lain keberhasilan program vaksinasi masal dan vaksianisi booster diperkirakan akan meningkakan aktivitas dan mobilitas masyarakat Aceh dalam meningkatkan perekonomian.
"Meski ketidakpastian ekonomi akibat pandemi akan terus menjadi faktor penghambat pemulihan ekonomi. Hal itu diperkirakan menjadi salah satu faktor menekan angka kemiskinan di Aceh," kata Indra.(*)