Berita Abdya
Nelayan Sulit Dapat BBM, Panglima Laot: Harus Bawa Boat ke SPBU Jika Ingin Isi Solar atau Pertalite
“Mereka bisa memberikan Pertalite jika nelayan membawa boatnya ke SPBU, ini kan tidak mungkin,” urainya.
Penulis: Rahmat Saputra | Editor: Saifullah
Laporan Rahmat Saputra I Aceh Barat Daya
SERAMBINEWS.COM, BLANGPIDIE – Panglima Laot wilayah Labuhan Haji, Said Zulfikar mengaku, selama ini nelayan kewalahan mendapatkan BBM jenis Pertalite dan solar.
“Kami minta kepada Pak Teuku Riefky masalah ini, bisa disampaikan kepada Pertamina, sehingga kami tidak harus membeli Pertamax,” ujar Panglima Laot wilayah Labuhan Haji, Said Zulfikar.
Menurut Said Zulfikar, pengelola SPBU mengaku tidak melayani penjualan Pertalite menggunakan jeriken, termasuk untuk para nelayan yang menggunakan jeriken isi 5 liter.
“Mereka bisa memberikan Pertalite jika nelayan membawa boatnya ke SPBU, ini kan tidak mungkin,” urainya.
“Kita hanya butuh 5 liter, masa harus membawa boat ke SPBU. Maka kami mohon kepada Pak Riefky bisa memperjuangkan persoalan ini,” pintanya.
Sementara itu, anggota DPR-RI, Teuku Riefky Harsya, MT meminta Pertamina, khususnya pengelola SPBU untuk mempermudah pembelian BBM jenis Pertalite dan solar bagi nelayan.
Baca juga: Safari Ramadhan di Abdya,Teuku Riefky Akan Intruksikan Kader Demokrat Atasi Kelangkaan BBM & Sembako
Hal tersebut disampaikan Teuku Riefky Harsya merespon keluhan Panglima Laot wilayah Labuhan Haji, Said Zulfikar, Kamis (14/4/2022), seusai membagikan ratusan paket sembako kepada nelayan.
“Kami berharap pihak Pertamina dan SPBU agar memberikan kemudahan kepada para nelayan dalam membeli BBM,” ujar anggota DPR-RI, Teuku Riefky Harsya.
Karena, lanjut Sekjen DPP Partai Demokrat, pihak pengelola bisa beralasan memberikan karena tidak mungkin seorang nelayan untuk membeli BBM jenis Pertalite atau solar harus membawa boatnya ke SBPU.
“Harusnya ada kebijakan khusus untuk nelayan, apakah cukup dengan menunjukkan kartu nelayan atau seperti apa, sehingga nelayan bisa mendapatkan Pertalite,” pinta Sekjen DPP Partai Demokrat tersebut.
Terlebih, sebutnya, selisih harga jenis Pertalite dengan Pertamax sangatlah tinggi, sehingga sangat membebani para nelayan jika tidak ada kebijakan khusus bagi nelayan.
“Kebutuhan nelayan per hari itu hanya lima liter, kalau mereka membeli Pertalite maka uang dikeluarkan cukup Rp 40.000 saja,” katanya.
Baca juga: Kuota Solar Bersubsidi Bagi Nelayan 31.860 Ton
Tapi, sambungnya, jika membeli Pertamax, maka mereka harus mengeluarkan uang Rp 60.000.
Ini jelas tidak sebanding dengan hasil tangkapan yang mereka dapatkan, kadang-kadang ada yang tidak dapat.