Seni Didong
Urbanis Gayo di Jakarta, Berdidong dalam Bus Trans Jakarta
Itulah sebabnya kemudian muncul klub (grup) didong di Ciputat, diinisiasi, Aris TM Yacob, Ceh Merpati, Tingkem, Bener Meriah. Ada Bintang Duta di Cibu
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Fikar W Eda I Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Orang Gayo merupakan salah satu urbanis di Jakarta, berasal dari Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues.
Mereka memiliki banyak profesi, ada ASN, swasta, politisi, militer, dosen, guru, seninam, dan lain-lain. Bergabung dalam guyub. Di antaranya di Ciputat dan Bambu Apus, 20-30-an ribu orang.
Sebagai rubanis, mereka membawa serta kebudayaan dan keseniannya dari daerah asal.
Itulah sebabnya kemudian muncul klub (grup) didong di Ciputat, diinisiasi, Aris TM Yacob, Ceh Merpati, Tingkem, Bener Meriah. Ada Bintang Duta di Cibubur dan sebagainya.
• VIDEO Melihat Pertunjukan Tarian Didong Sesuk di Gayo Lues, Perdana Digelar Sejak Covid 19
Hal ini disampaikan penyair Fikar W Eda dalam Bincang Budaya yang diselenggarakan Pusat Kajian Kebudayaan Gayo secara virtual, Rabu (20/4/2021).
Diikuti peserta bincang budaya dari beragam daerah, terdiri dari seniman, penyair, akademisi, birokrat, penulis, peneliti, dan tokoh masyarakat. koreografer milenial Gayo dari Aceh Tengah dan Bener Meriah, Ketua Forum Taman Baca Bekasi, UB Malang, Jaringan Kampung Nusarantara, Ketua Alumni S-2 IKJ.
Dipandu Yusradi Usman al- Gayoni, Fikar W.Eda yang meraih magister seni dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ), mengatakan, ekspresi artistik urbanis Gayo itu kemudian dipentaskan dalam bus Trans Jakarta bertajuk "Jakarta Dalam Puisi Didong Dalam Trans Jakarta". Menghadirkan dua grup didong Singkite dari Ciputat dan Bintang Duta dari Cibubur. Kedua grup melakukan "didong Jalu" atau didong tanding dalam bus Trans Jakarta rute PGC Cililitan-Grogol selama dua jam pilang-pergi.
Bintang Duta dimotori Kabri Wali dan Duski, Sementara Singkite dipelopori Aris TM Yakob (almarhum), Ceh Item Kamal dan lain-lain.
Perstiwa satu-satunya terjadi itu diselenggarakan pada 6 Juni 2012 lalu.
Penumpang yang lain keluar-masuk, seperti biasa dan beruntung, karena ada didong jalu.
Para penguji terdiri dari Prof Sardono W Kusumo, Arthur S Nalan, Merwan Yusuf, Hadi Artomo ikut dalam bus Trans Jakarta tersebut seperti halnya para penumpang lain. Termasuk wartawan dan tokoh masyarakat.
"Kalau di tanah asal, di Gayo, didong Jalu diselenggarakan di tempat pertunjukan, ada panggung dan sebagainya. Tapi di kota urban seperti Jakarta, ruang pertunjukan bisa dalam bis," kata Fikar.
Trans Jakarta merupakan simbol alat transportasi masyarakat urban, memobilisasi penumpang dalam koridor tertentu, dan salah satunya adalah urbanis Gayo yang ikut memanfaatkan alat transporasi ini," kata Fikar lagi
Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, namun tetap mempertahankan kekhasan "sintak" atau melodi didong.