Kupi Beungoh
Memburu Lailatul Qadar di Istanbul
Di malam 23 Ramadan ratusan jamaah memenuhi saf berkarpet merah, mengikuti salat tarawih dengan kusyuk diimami tiga imam berusia paruh baya dengan fas
Oleh: Ceklim*)
Istanbul, 24 April 2022. Iktikaf yang berbeda di negeri dua benua, setelah dua tahun tidak dilaksanakan karena pandemi.
Menurut data yang dikeluarkan Timeturk.com, ada sekitar 50-an masjid seantero Istanbul, mengadakan pelaksanaan iktikaf.
Ada yang mulai malam ke 20 dan ada juga malam ke 21.
Şehzade Cami, yang berada di pusat kota Istanbul, masjid yang unik dan eksotik menjadi daya tarik tersendiri yang diserbu para pemburu lailatul qadar.
Di malam 23 Ramadan ratusan jamaah memenuhi saf berkarpet merah, mengikuti salat tarawih dengan kusyuk diimami tiga imam berusia paruh baya dengan fasih bersuara merdu, dengan irama tartil cepat, bergantian menyelesaikan satu juz dibagi di 20 rakaat tarawih.
Diikuti sekitar tujuh saf jamaah sampai selesai.
Berbeda dengan masjid lain yang tidak ada program iktikaf, pelaksanaan salat tarawih berlangsung cepat 20 rakaat ditambah tiga rakaat witir, bisa selesai waktu setengah jam.
Imam membaca ayat setelah Al-fatihah satu atau dua ayat. Jam sepuluh sudah siap.
Di masjid şehzade jam setengah 12 tarawih berakhir.
Jam setengah satu malam qiamul lail mulai ditegakkan empat saf terisi, masing masing saf sekitar 60 orang dari berbagai bangsa bersatu.
• Berikut Tanda-tanda Orang Dapat Malam Lailatul Qadar, Ini Kiat-kiat Meraih Malam 1000 Bulan
Ada duapuluh mahasiswa Indonesia bergabung, merasakan kaki-kaki yang bergetar menahan badan tetap kokoh mengikuti imam yang membaca super cepat tiga juz Qur'an menyelesaikan 12 rakaat.
Yang tidak kuat bergesar ke belakang duduk atau mengambil Qur'an meneruskan tilawah atau ada yang membalut diri dalam doa yang panjang.
Jam tiga dini hari antrean panjang mengular dari pintu utama keluar masjid hingga ke samping pintu halaman depan tempat pembagian sahur.
Sandwich berisi daging dan satu kotak kecil juice vişneli atau ceri sudah beralih ke tangan jamaah, yang telat hanya kebagian tatlı makanan penutup.
• Keistimewaan Lailatul Qadar, Luangkan Waktu 15 Menit Lakukan Ini di Malam Hari
Berbeda ketika iftar, jamaah iktikaf tidak hanya sandwich, juga kebagian nasi kotak dengan lauk fasülye.
Kacang rebus yang ketika dimakan dengan nasi menambah kenikmatannya.
Azan subuh berkumandang serentak.
Suara dari masjid terdekat bersahut-sahutan.
Setelah salam imam membacakan juz 23 hingga selesai disimak para jamaah.
Kebiasaan rutin selama Ramadan hampir disemua masjid di Istanbul.
Sebelum salat subuh imam menyelesaikan tilawah satu juz baru iqamat
Pelaksanaan salat jamaah subuh kali ini, imamnya membaca surat hingga beberapa halaman dengar tartil lambat, terasa sangat lama.
Ditambah zikir panjang dan rangkaian doa dua bahasa, Arab dan Turki yang seakan tidak habis-habis.
"Saya iktikaf penuh ketika hafta sonu, tapi hari-hari kerja hanya waktu malam ke sini," ujar Urcument Sumerkan, seorang akuntan berusia 55 tahun yang bekerja di kantor muhasebe.
Fatih pemuda Turki yang masih bujangan dari Bursa juga mengambil iktikaf penuh, berbeda dengan Wasim pemuda Suriah yang fasih menguasai empat bahasa hanya iktikaf di sebagian malam karena ada kakaknya di rumah yang tidak bisa ditinggalkan.
"Saya hanya di malam ganjil saja iktikaf," Bagas mantan ketua PPI Istanbul ikut berpartisipasi.
"Kemungkinan nanti malam 27 penuh masjid ini. Banyak orang Turki menganggap lailatul qadar itu di malam ke 27," ungkap ustaz Taufiq Hidayat, doktor lulusan Sudan.
Di bawah seratus orang yang mengambil iktikaf penuh tidak hanya di malam hari.
Selimut tebal, tas dan peralatan lainnya disimpan disekeliling pinggiran ruang utama masjid, dalam jendela yang tertutup dua daun pintu besar.
Di depannya digunakan jamaah untuk tempat tidur dan istirahat.
Inilah salah satu keunikan masjid ini jerejak besi jendela tidak tampak tapi tertutup menyisakan ruang kosong 1x1,5 meter.
Satu jam menjelang buka puasa jamaah berkumpul keliling di tengah ruang utama di bawah lampu yang dinaungi kubah.
Ada Qari yang tilawah, dilanjutkan ceramah dan berdoa menjelang buka.
Doa yang sangat menyentuh bergantian tiga orang melafazkan doa dengan bahasa Arab fasih.
Panitia membagikan, kurma, air mineral dan roti untuk bukaan.
Doa tetap terlantunkan hingga azan terdengar.
Setelah berbuka dengan menu sederhana, dan salat jamaah magrib selesai ditegakkan.
Para jamaah menuju keantrian, mendapatkan menu berbuka berupa nasi.
Istirahat sejenak, setengah jam menjelang isya, imam yang memakai baju dinas jubah putih atau hitam dengan kopiah putih bulat naik ke podium yang disebut kursu, memberikan ceramah hingga azan isya.
Ternyata kebiasaan di Istanbul ceramah tarawih berlangsung sebelum isya.
Menjadi pemandangan biasa salat magrib berjamaah tidak berlangsung, masyarakat salat di rumah.
Iktikaf juga diikuti oleh para muslimah sekitar seratus jamaah di bagian belakang di tempat tertutup mengikuti agenda yang berlangsung.
Khusus muslimah untuk salat tarawih hanya di beberapa masjid besar.
Umumnya kaum perempuan tidak melaksanakan salat tarawih di masjid.
Penulis :
Muslem SPt dengan nama pena Ceklim kelahiran Bireuen, tahun 1972. Setamat kuliah di Fakultas Pertanian Unsyiah bersama istrinya Ummi Aida, dikirim oleh Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh ke daerah perbatasan Sumatera Utara yaitu Subulussalam Aceh Singkil sebagai Da'i Perbatasan selama tiga tahun sejak 2002.
Beraktifitas sebagai guru, mendirikan dan mengelola Sekolah Islam Terpadu Abqari, dari tingkat TK, SD dan SMP.
Mendirikan dan membina lembaga Tahfiz Qur'an Thariq bin Ziyad.
Tujuh tahun bertugas sebagai Penyelia Mitra Tani Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Sudah menulis 56 buku antologi bersama dan tiga buku solo yaitu Keajaiban Rindu Baitullah, Gençler Keren dan Catatan Perjalanan Cinta.
Saat ini tinggal di lstanbul bersama keluarga.
Sebelumnya mengajar di school internasional ihramcizade Istanbul.
Menulis dan mendampingi empat putranya belajar juga mengelola Rumah Aceh Turki, sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, sosial dan bisnis menjadi aktifitas hariannya.
*) PENULIS adalah Muslem SPt dengan nama pena Ceklim kelahiran Bireuen, tahun 1972. Setamat kuliah di Fakultas Pertanian Unsyiah bersama istrinya Ummi Aida, dikirim oleh Dinas Syariat Islam Propinsi Aceh ke daerah perbatasan Sumatera Utara yaitu Subulussalam Aceh Singkil sebagai Da'i Perbatasan selama tiga tahun sejak 2002.
Beraktifitas sebagai guru, mendirikan dan mengelola Sekolah Islam Terpadu Abqari, dari tingkat TK, SD dan SMP.
Mendirikan dan membina lembaga Tahfiz Qur'an Thariq bin Ziyad.
Tujuh tahun bertugas sebagai Penyelia Mitra Tani Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Sudah menulis 56 buku antologi bersama dan tiga buku solo yaitu Keajaiban Rindu Baitullah, Gençler Keren dan Catatan Perjalanan Cinta.
Saat ini tinggal di lstanbul bersama keluarga.
Sebelumnya mengajar di school internasional ihramcizade Istanbul.
Menulis dan mendampingi empat putranya belajar juga mengelola Rumah Aceh Turki, sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, sosial dan bisnis menjadi aktifitas hariannya.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI