Konflik Rusia vs Ukraina

Harga Barang di Eropa Melonjak, Sanksi ke Rusia Malah Pukul Balik Ekonomi Amerika Serikat

Harga-harga barang konsumsi di Denmark, kawasan Baltik, dan Jerman, dilaporkan melonjak ke level tertinggi pada awal bulan ini.

Editor: Amirullah
ANTARA
Presiden Amerika Serikat Joe Biden 

Kebanyakan orang Amerika juga fokus pada kesulitan ekonomi di dalam negeri. Lebih dari dua dari lima responden acuh tak acuh terhadap nasib Ukraina

Di tengah melonjaknya harga gas dan meningkatnya biaya hidup, pemilih kehilangan kepercayaan pada kepemimpinan Presiden AS Joe Biden.

Sebanyak 43 persen responden mengatakan mereka "baik-baik saja", dalam situasi Ukraina berkonflik dengan Rusia.

Angka inflasi mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun terakhir, ditambah harga gas mendekati rekor tertinggi, pemerintah Biden mendapat penilaian negative di semua kebijakannya.

Sekitar 56 persen responden menyatakan tak setuju cara menangani masalah luar negeri. Khusus di Ukraina, hanya 38 responden setuju kebijakannya, sedangkan 52 perse tidak setuju.

Pemerintahan Biden telah berusaha menyalahkan Rusia dan Presiden Vladimir Putin, atas meningkatnya biaya hidup di rumah tangga Amerika.

Para pejabatnya berulang kali menggunakan istilah “kenaikan harga Putin.” Namun, biaya hidup di AS telah meningkat selama berbulan-bulan sebelum Rusia mengirim pasukan ke Ukraina.

Warga AS Makin Hilang Kepercayaan

Biden menjatuhkan sanksi kepada sektor perbankan dan energi Rusia, dan pemerintahannya telah mengirim senjata senilai hampir $4 miliar ke Ukraina.

Menteri Pertahanan Lloyd Austin berjanji bulan lalu untuk memindahkan langit dan bumi guna membiayai pertempuran Kiev.

Di mata Kremlin, banjir senjata ditambah pengaturan pembagian intelijen AS dan NATO dengan Kiev berarti bahwa Barat pada dasarnya berperang melawan Rusia melalui proksinya.

“Orang Amerika pada awalnya sangat pro sanksi, (tetapi) mereka tidak tertarik pada sanksi seperti sebelumnya,” kata Direktur Institut Demokrasi Patrick Basham kepada Express.

“Biden membuat prediksi ini sejak awal – rubel akan menjadi puing-puing, kami akan menghancurkan ekonomi Rusia, orang-orang akan bangkit, Putin akan keluar, Rusia akan melarikan diri dari Ukraina … (tapi) tidak ada dari hal-hal itu yang terjadi,” katanya.

Perbedaan antara harapan dan kenyataan ini menurutnya membuat orang AS menjadi sinis. Ia membandingkan hilangnya kepercayaan dengan kekecewaan publik atas kebijakan perang melawan virus corona di seluruh Barat.

“Masalahnya (sekarang) adalah setidaknya setengah dari negara di Amerika berpikir mereka ditipu banyak hal tentang Covid, jadi mereka bahkan lebih sinis terhadap pemerintah dan media daripada dua tahun lalu,” katanya.(Tribunnews.com/RussiaTodau/xna)

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved