Internasional

Presiden Rusia Akan Terus Lanjutkan Perang Ukraina, Targetkan Tekad AS dan Uni Eropa Melemah

Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap mengggelar konflik berkepanjangan di Ukraina. Putin menargetkan dapat melemahkan tekad Amerika Serikat (AS) dan

Editor: M Nur Pakar
AP/Jose Luis Magana
Direktur Intelijen Nasional AS, Avril Haines 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Rusia Vladimir Putin bersiap mengggelar konflik berkepanjangan di Ukraina.

Putin menargetkan dapat melemahkan tekad Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa membantu Ukraina.

Bahkan, kemungkinan akan menjadi lebih tak terduga dan meningkat..

Karena Putin menghadapi ketidaksesuaian antara ambisinya dan kemampuan militer konvensional Rusia saat ini.

Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines mengatakan hal tersebut kepada Komite Senat AS di Washington pada Selasa (10/5/2022).

Dilansir AP, Putin memiliki tujuan di luar Donbas, mengukir jembatan darat sepanjang pantai Laut Hitam Ukraina ke wilayah Transnistria yang memisahkan diri dari Rusia di Moldova.

Baca juga: Parlemen Lituania Mencap Rusia Melakukan Genosida di Ukraina dan Menjadi Negara Teroris

Haines menyebut Putin sangat tidak mungkin mencapai tujuan terakhir itu, yang akan sangat merusak ekonomi Ukraina, tanpa mobilisasi penuh di dalam Rusia, sebuah langkah yang belum dia ambil.

Konflik 75 hari telah berubah menjadi perang gesekan, karena Rusia dan Ukraina percaya akan dapat terus membuat kemajuan secara militer.

"Kami tidak melihat jalur negosiasi yang layak ke depan, setidaknya dalam jangka pendek," kata Haines.

Sedangkan Putin mungkin berharap tekad AS dan Uni Eropa terus melemah karena kekurangan pangan, inflasi, dan kekurangan energi yag semakin parah.

DPR AS memberikan suara 368-57 untuk menyetujui hampir $40 miliar bantuan militer dan kemanusiaan untuk Ukraina.

Senat kemungkinan akan meloloskan RUU itu minggu ini.

Baca juga: Harga Barang di Eropa Melonjak, Sanksi ke Rusia Malah Pukul Balik Ekonomi Amerika Serikat

Haines mengatakan ketika perang berlanjut, Putin mungkin beralih ke cara yang lebih drastis.

Tetapi dia tidak mungkin menggunakan senjata nuklir kecuali melihat ancaman eksistensial terhadap Rusia atau pemerintahannya.

Letnan Jenderal Scott Berrier, kepala Badan Intelijen AS setuju tentang risiko rendah perang nuklir.

Dia mengatakan kepada Senat, delapan hingga 10 jenderal Rusia telah tewas saat berperang di Ukraina.

Sebuah jumlah perwira senior yang luar biasa tinggi di waktu yang sangat singkat dalam sebuah perang.(*)

Baca juga: AS dan NATO Khawatirkan Vladimir Putin Sakit Hati, Perang Ukraina Akan Semakin Brutal

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved