Internasional
4,8 Juta Warga Ukraina Kehilangan Pekerjaan, Sejak Invasi Rusia 24 Februari 2022
Sebanyak 4,8 juta warga Ukraina kehilangan pekerjaan sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari 2022.
SERAMBINEWS.COM, LONDON - Sebanyak 4,8 juta warga Ukraina kehilangan pekerjaan sejak dimulainya invasi Rusia pada 24 Februari 2022.
Perang telah menutup bisnis, ekspor dan mendorong jutaan orang untuk melarikan diri.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) PBB mengatakan sekitar 30 persen dari tenaga kerja Ukraina tidak lagi bekerja sebelum invasi dan bisa naik 7 juta jika perang berlanjut, kata ILO.
Ditambahkan 3,4 juta pekerja dapat kembali bekerja dengan cepat jika gencatan senjata disepakati.
Dilansir AFP, Rabu (11/5/2022), perang Ukraina juga meningkatkan pengangguran di negara-negara tetangga yang menampung jutaan pengungsi Ukraina.
Dimana, perang telah memukul ekonomi Asia Tengah karena pekerja migran di Rusia kehilangan pekerjaan dan kembali ke rumah.
Baca juga: Bantuan AS Bukan Didasarkan Kemauan Ukraina Melawan Rusia, Ini Alasannya
Pasukan Rusia telah menggempur kota-kota Ukraina dalam perang yang telah menewaskan ribuan orang.
Bahkan memaksa lebih dari 5 juta orang, terutama wanita, anak-anak dan orang tua untuk melarikan diri dan dapat menyebabkan ekonomi Ukraina berkontraksi setidaknya sepertiga pada 2022.
“Gangguan ekonomi, dikombinasikan dengan perpindahan internal yang besar dan arus pengungsi, menyebabkan kerugian skala besar dalam hal pekerjaan dan pendapatan,” kata studi ILO.
“Agresi Rusia di Ukraina telah mengakibatkan krisis kemanusiaan yang menghancurkan, memicu perpindahan penduduk paksa tercepat sejak Perang Dunia Kedua,” katanya.
Negara-negara tetangga seperti Polandia dan Rumania telah menyerap sebagian besar pengungsi, diperkirakan 1,2 juta di antaranya bekerja sebelum invasi.
Baca juga: Ukraina Sesalkan Keterlambatan Bantuan Persenjataan AS, Seharusnya Ribuan Nyawa Dapat Diselamatkan
Konflik yang berlarut-larut akan memberikan tekanan berkelanjutan pada pasar tenaga kerja dan sistem kesejahteraan di negara-negara tersebut, kemungkinan akan meningkatkan pengangguran, kata studi tersebut.
“Sebagai latihan hipotetis, menambahkan pengungsi ini ke jumlah pengangguran akan menaikkan tingkat pengangguran di Polandia dari 3 persen menjadi 5,3 persen,” katanya.
Perang juga dapat berdampak pada negara-negara di Asia Tengah yang sangat bergantung pada remitansi yang dikirim oleh para migran yang bekerja di Rusia.
Pusat ekonomi di Rusia, yang diperas oleh sanksi Barat dan biaya perang, dapat menyebabkan pekerja migran kehilangan pekerjaan dan kembali ke rumah, kata studi tersebut.
Secara global, perang di Ukraina memperburuk kenaikan harga pangan dan energi.
Bahkan, telah mengancam pekerjaan dan pertumbuhan upah riil terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang masih belum pulih dari pandemi virus Corona.(*)
Baca juga: Rusia Segera Masukkan Kota Kherson ke Dalam Wilayahnya, Ukraina Tuduh Kremlin Atur Referendum Palsu