Breaking News

Berita Banda Aceh

Ismail Rasyid Mendaftar Sebagai Calon Ketua Kadin Aceh, Ditemani Puluhan Tim Sukses dan Pendukungnya

Pengusaha Aceh yang merupakan CEO PT Trans Continent, Ismail Rasyid, resmi mendaftar sebagai calon Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh

Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HENDRI
CEO Trans Continent, Ismail Rasyid resmi mendaftarkan diri sebagai bakal calon ketua umum (Ketum) Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Aceh periode 2022-2027, Selasa, (17/5/ 2022). 

Kisah Ismail menjadi ojek dan sopir taksi di Batam serta buruh kasar di negara tetangga bisa dibaca di SINI.

Kisah pengalaman menjadi kernet labi-labi di Banda Aceh, diungkap oleh Ismail Rasyid dalam wawancara dengan wartawan Kompas.com dan Serambinews.com, di Banda Aceh, Kamis (5/3/2020) lalu.

Labi-labi adalah sebutan warga Aceh untuk angkutan kota (angkot).

Labi-labi ini memiliki bentuk yang berbeda dengan angkutan kota di daerah lainnya di Indonesia.

Pada angkot di daerah lain, pintu penumpang berada di sebelah kiri.

Sementara pintu penumpang labi-labi berada di bagian belakang.

Ismail bercerita, pengalaman menjadi kernet labi-labi (kondektur angkot) dijalani untuk membiayai kuliahnya.

“Saya berasal dari keluarga pas-pasan. Sehingga saya harus bekerja ekstra untuk membiayai kuliah. Salah satunya adalah dengan menjadi kernet labi-labi jurusan Pasar Aceh – Lhoknga,” ungkap Ismail.

Ayahnya, Muhammad Rasyid (78) hanyalah seorang utoh (tukang bangun rumah berkontruksi kayu).

Sementara ibunya, Salamah (75) bukanlah wanita karir.

Ismail adalah anak kedua dari enam bersaudara (dua laki-laki dan empat perempuan).

Ismail Rasyid pun bercerita saat mengutarakan keinginannya untuk ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru (sipenmaru) Unsyiah pada tahun 1987.

“Seingat saya, itu adalah tahun terakhir ujian calon mahasiswa bernama Sipenmaru. Saya memilih jurusan Ekonomi Pembangunan (EKP) di Fakultas Ekonomi Unsyiah,” ujarnya.

Kala itu, kata Ismail, ayahnya sampai menjual tanah seluas satu hektare untuk mewujudkan keinginannya menjadi mahasiswa.

“Ayah menjual tanah seluas 1 hektare seharga Rp 600 ribu. Uang hasil jual tanah ini dibagi kepada abang, saya, dan adik-adik. Saya mendapatkan Rp 200 ribu sebagai biaya ikut tes di Unsyiah,” kenang Ismail.

Baca juga: Hasil Labfor Keluar, Ini Penyebab Kebakaran Suzuya Mall Banda Aceh

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved