Eks Jubir Satgas Covid-19 Meninggal Dunia, Ini Beberapa Momen Paling Dikenang dari Achmad Yurianto
Mantan Juru Bicara Satuan Tugas atau Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto meninggal dunia.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Yeni Hardika
Dikutip dari Kompas.com, pernyataan itu berawal saat Deddy Corbuzier memutarkan salah satu video pasien perempuan yang merasa ditelantarkan oleh salah satu RS.
Pasien yang berstatus pasien dalam pemantauan (PDP) itu mengeluhkan pelayanan RS yang seolah tidak tahu harus melakukan tindakan apa.
Si pasien juga diminta langsung datang ke empat RS yang menjadi pusat rujukan.
Pasien yang merasa kebingungan itu pun lantas mengatakan jika dirinya kemudian merasa malas datang ke empat RS yang dimaksud, tetapi lantas pulang ke rumah dan berinteraksi dengan orang lain, dia tidak tahu dampak yang terjadi.
Menanggapi video itu, Yurianto mengatakan kepada Deddy bahwa ada beberapa RS yang menjaga citra agar jangan sampai diketahui mereka sedang merawat pasien Covid-19.
Sebab jika hal itu diketahui publik, pasien lain enggan datang.
Yuri juga mengatakan apa yang dilakukan oleh RS itu melanggar hukum.
Sebab menurut Yuri, menolak pasien diperbolehkan tetapi harus ada alasan yang jelas, mekanisme yang jelas dan minimal pasien mendapat keterangan dan arahan yang baik sehingga tidak merasa ditelantarkan.
Tak lama, Yuri memberikan penegasan terkait pernyataannya dalam podcast 'Close The Door' yang sudah dipublikasikan itu.
Baca juga: Gugus Tugas Covid-19 Dibubarkan Jokowi, Achmad Yurianto Kini Fokus Jadi Dirjen P2P,
"Substansinya (dari pernyataan) itu apa? Substansinya itu ada pasien yang ditelantarkan. Iya kenapa dia ditelantarkan, kalau dia emang mau dirujuk ya rujuk saja dengan baik-baik. Masak dibiarkan begitu saja," ujar Yuri mengutip Kompas.com.
Dengan kata lain, Yuri ingin menyatakan, rumah sakit tidak boleh menelantarkan pasien Covid-19.
Yuri menuturkan, informasi yang disampaikannya kepada Deddy itu bertujuan agar RS lain mau berubah.
"Jangan kemudian dianggap RS tidak mau berubah, sehingga pasiennya banyak yang terlantar. Tujuannya, supaya RS itu (yang menolak pasien Covid-19) tahu bahwa yang dilakukan itu tidak benar," tegas Yuri.
Sebab, menurutnya tidak masalah jika sebuah RS tidak mau merawat pasien Covid-19.
Namun, sikap demikian harus tetap memperhatikan etika pelayanan kepada pasien.