Ekonomi Aceh

Perwakilan BI Aceh: Penyaluran Pembiayaan untuk Usaha Pertambangan di Aceh Capai Rp 5,2 T

Achris yang didampingi Kepala Tim Perumus Kebijakan BI Aceh, Yon Widiyono, Ekonom BI Muhammad Irfan Octama, Asisten Ekonomi BI Fery Febriansyah dan As

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/HERIANTO
Tim Perumusan Kebijakan BI Aceh, Yon Wudiyono, bersama tiga rekan lainnya, sedang menjelaskan indikator kenaikan pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan II, di sebuah Cafe di Banda Aceh, Selasa (25/5). 

Laporan Herianto I Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pimpinan Perwakilan BI Aceh, Achris Sarwani menyatakan pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II, (April, Mei dan Juni) 2022 tumbuh sebesar 4 persen, atau meningkat 0,76 persen dari triwulan I yang hanya baru tumbuh sebesar 3,24 persen.

“Meningkat pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II ini, salah satu faktor pendukungnya adalah meningkat penyaluran pembiayaan kredit untuk sektor usaha pertambangan sebesar 321 persen, dari Rp 1,3 trilliun menjadi Rp 5,2 trilliun,” sebut Kepala Perwakilan BI Aceh, Achris Sarwani dalam keterangannya terkait peningkatan pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II tahun ini, yang disampaikan kepada Serambinews.com, Selasa (24/5) di Banda Aceh.

Achris yang didampingi Kepala Tim Perumus Kebijakan BI Aceh, Yon Widiyono, Ekonom BI Muhammad Irfan Octama, Asisten Ekonomi BI Fery Febriansyah dan Asisten Analis BI, Angga Lesmana mengatakan, peningkatan pembiayaan kredit untuk sektor pertambangan di Aceh, yang mencapai sebesar 321 persen itu, baru untuk masa waktu empat bulan berjalan yaitu dari bulan Januari sampai April 2022.

Kelapa Sawit Penopang Ekonomi di Subulussalam Saat Pandemi, Apkasindo Harap Harga TBS Segera Pulih

Kenaikan pembiayaan di sektor pertambangan yang sangat mengejutkan itu, kata Achris Sarwani, telah mendorong sektor usaha lainnya ikut naik.

Antara lain sektor usaha transportasi meningkat cukup tinggi, dari 8 persen naik menjadi 15 – 20 persen. Begitu juga untuk sektor penggalian dan pergudangan serta lainnya.

Selain itu, didukung oleh meningkatnya harga jual batu bara dan CPO di luar negeri, yang sangat tinggi, hingga mendorong volume dan nilai ekspor kedua komoditi itu jadi naik. Harga jual batu bara di luar negeri pada kwartal I masih relatif rendah 91,1 dolar AS/metrik ton, pada kwartal II nilainya sudah naik menjadi 120.80 dolar AS/metrik ton.

Begitu juga dengan harga jual CPO di luar negeri. Pada kwatral I nilainya baru 1.460 dollar AS/metrik ton, pada kwartal II naik menjadi 1.585 dolar AS/metrik ton.

Kemudian, dengan telah dibukanya kembali kran ekspor CPO kemarin oleh Presiden Joko Widodo, kata Achris Sarwani, volume dan nilai ekspor CPO Aceh ke luar negeri akan naik lebih besar lagi.

Indonesia Perkuat Kerja Sama Ekonomi dengan Arab Saudi

Dampak dari kenaikan pembiayaan di sektor usaha pertambangan itu, kata Achris Sarwani, telah mendorong kinerja usaha pertambangan (batu bara) dan penggalian, di Aceh secara kwartal ke kwartal meningkat pada sebesar 1,72 persen, di kwartal II ini.

Untuk volume ekspor CPO, juga meningkat. Pada kwartal I volumenya baru sekitar 257,6 ribu ton, sedangkan pada kwartal II naik menjadi 272,6 ribu ton.

Volume dan nilai ekspor CPO dari Aceh, terus akan meningkat, sejalan dengan bertambahnya pembelian ekspor dari konsumen CPO dunia.

Kenaikan volume ekpsor CPO dan Pertambangan, khusus batu bara dan lainnya, telah mendorong penggunaan listrik untuk sektor industri pengolahan pasca pandemi covid 19 ini, ikut naik.

Pada kwartal I pemanfataan listrik hanya tercatat 17.025.787 KWH, pada kwartal II sudah naik menjadi 19.4343.558 Kwh.

Peningkatan penggunaan listrik pada industri pengolahan itu, kata Achris Sarwani, menjdai leading indicator arah perbaikan kinerja lapangan industri pengolahan di Aceh.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved