Berita Pidie
Ketua DPRK Pidie Himbau Perangkat Desa untuk Mengedukasi Warganya Tentang Human Trafficking
“Saya juga mengharap kepada perangkat gampong untuk terus mengedukasi kepada warga masing-masing terutama warga dengan ekonomi menengah," katanya
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Ketua DPRK Pidie Himbau Perangkat Desa untuk Mengedukasi Warganya Tentang Human Trafficking
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie, Mahfuddin Ismail menghimbau kepada perangkat desa untuk mengedukasi warganya tentang perdagangan manusia (Human Trafficking).
Hal itu disampaikannya saat mengunjungi kediaman orangtua WD, gadis asal Caleue, Kecamatan Indrajaya, Pidie yang diduga dijual oleh sepupunya sendiri, Senin (30/5/2022).
Mahfuddin Ismail menghimbau kepada seluruh warga Aceh, khususnya warga Pidie untuk tidak mudah tergiur dengan ajakan atau iming - iming pekerjaan dengan bayaran yang tinggi apalagi sampai ke luar negeri.
“Saya juga mengharap kepada perangkat gampong untuk terus mengedukasi kepada warga masing-masing terutama warga dengan ekonomi menengah ke bawah agar lebih hati-hati akan bahayanya perdagangan manusia (Human Trafficking),” katanya.

Baca juga: Dikunjungi Ketua DPRK Pidie, Orangtua Gadis yang Dijual Sepupunya Berderai Air Mata, Berharap Pulang
Perdagangan orang atau yang lebih dikenal dengan Human Trafficking merupakan bentuk perbudakan modern dan merupakan kejahatan kemanusiaan yang sangat keji serta melanggar hak asasi manusia.
Saat ini Human Trafficking telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan.
Modus yang ada juga semakin berkembang dan canggih seiring perkembangan jaman dan keterbukaan informasi.
Human Trafficking sendiri bersifat laten karena ketidaktahuan mengenai unsur-unsur terkait Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang meliputi proses, cara, dan tujuan eksploitasi, sehingga sulit membedakan dengan bentuk kekerasan lainnya.
Korban perdagangan orang cenderung tidak melapor, umumnya korban juga tidak memahami bantuan yang tersedia, khawatir terhadap stigma dan konsekuensi yang timbul apabila kejadian itu tersebar.
Kasus terbaru adalah WD, gadis asal Calue, Kecamatan Indra Jaya, Kabupaten Pidie yang berusia 34 tahun mengalami kisah tragis nan memilukan dalam kehidupan mudanya.
Ia menjadi korban perdagangan manusia (Human rafficking), yang diduga dijual oleh sepupunya sendiri.
Bahkan, ia juga mendapat penyiksaan dari majikannya selama bertahun-tahun bekerja di Malaysia.

Baca juga: Kisah Pilu Gadis Aceh di Malaysia, 10 Tahun Disiksa Majikan, Gigi Rontok Dipukul Dengan Sepatu
Ketua Sosialisasi Ummah Bansigom Aceh (SUBA), Tgk Bukhari Ibrahim mengatakan saat ini WD telah di bawah perlindungan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur.
“Sudah kita laporkan ke KBRI di Kuala Lumpur, dan akan dilakukan penggalian informasi lebih lanjut,” katanya saat dihubungi Serambinews.com, Senin (30/5/2022).
Tgk Bukhari mengatakan, WD menjadi korban perdagangan manusia yang dilakukan oleh kakak sepupu korban kepada sebuah agen.
Itu terjadi pada 11 tahun belakang atau tepatnya 2011 silam.
Mulanya, korban dijanjikan oleh kakak sepupunya bekerja di Lhokseumawe atau Langsa.
Namun, pelaku malah membuatkan paspor untuknya di Lhokseumawe dan kemudian dibawa ke Malaysia dengan menggunakan kapal ferry.
“Dari Sigil (dia) diserahkan ke agen yang ada di Lhokseumawe untuk dibuatkan paspor. Setelah itu dibawa ke Medan dan pergi naik ferry,” kata Tgk Bukhari.
Selama di Malaysia, WD bekerja di Melaka, sebuah kota yang terletak 150 kilometer dari Ibukota Kuala Lumpur.
Selama bekerja di sana, korban mendapat penyiksaan oleh majikannya selama 10 tahun.
Baca juga: Detik-detik Penyelamatan TKW Aceh yang Disekap 8 Tahun oleh Majikannya di Malaysia
Kepada Ketua SUBA Tgk Bukhari, korban mengaku hanya bekerja pada majikan tersebut.
Korban mengaku selama bekerja di Melaka, dirinya ditampar dan dipukuli oleh majikan hingga hidungnya mengeluarkan darah.
Tak hanya itu, ia harus kehilangan sejumlah giginya akibat dipukul dengan sepatu.
“Di Melaka ada (dipukul), dengan sepatu ke muka sampai-sampai berdarah. Setiap hari,” pengakuan korban kepada Tgk Bukhari.
Bahkan kakinya juga terdapat banyak bekas luka akibat kekerasan yang dilakukan sang majikan.
Tgk Bukhari mengatakan, korban kemudian lari dari tempatnya bekerja yang dibantu oleh supir taksi.
WD kemudian diserahkan kepada warga Malaysia keturunan India yang berada di Kuala Lumpur.

Baca juga: Kisah Tragis Herawati, TKW Aceh yang Disekap dan Dipukul oleh Majikan: Gigi Copot, Kepala Lebam
Di sana, korban di rawat dan dijaga selama setahun sembari mencari komunitas relawan masyarakat Aceh di Kuala Lumpur.
“Yang menjaga dia dijaga sebaik mungkin, sambil mencari orang Aceh di sana untuk dibawa pulang ke kampung,” kata Tgk Bukhari.
Namun, baru Minggu (29/5/2022) warga keturunan India itu dapat bertemu dengan komunitas masyarakat Aceh di Malaysia.
Korban bahkan sudah dianggap meninggal oleh keluarganya karena selama 11 tahun tidak ada kabar sama sekali.
Kendati demikian, Tgk Bukhari mengatakan saat ini korban sudah terhubung dengan keluarganya yang berada di Kabupaten Pidie.
Saat ditanya apakah WD dapat segera pulang ke kampung untuk bertemu keluarganya, Tgk Bukhari belum bisa memastikan hal tersebut.
Itu dikarenakan KBRI masih membutuhkan informasi akurat dan penulusuran mendalam serta keterangan korban.
Nantikan, KBRI akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian terkait masalah ini untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.
“Dalam dua atau tiga hari ini kita akan mengetahui hasil dari KBRI di Kuala Lumpur. Apakah korban bisa pulang ke Aceh atau akan tetap sini untuk melaporkan majikannya,” kata Tgk Bukhari. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)