Kupi Beungoh
Miris, Pencarian Cara Bunuh Diri Ramai, Berikut Tips Cegah Perbuatan Dilarang Keras dalam Islam Ini
Kabar baik bagi orang dengan kecenderungan bunuh diri adalah, bahwa tindakan bunuh diri dapat dicegah.
Ia tidak sepenuhnya menjadi kesalahan atau keinginan personal si pelaku.
Menurut penelitian, tidak ada faktor tunggal yang dapat memberikan penjelasan secara holistik atas tindakan bunuh diri.
Tindakan mematikan tersebut dianggap sebagai perilaku yang muncul dari interaksi beberapa faktor seperti karakteristik sosial budaya, pengalaman traumatis, dan riwayat psikiatri.
Menurut laporan WHO, 77 % kasus bunuh diri global terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Baca juga: Tersangka Hidup Serangan Mematikan Paris 2015 Mengaku Berubah Pikiran, Tidak Mau Bom Bunuh Diri
Masyarakat kecil yang hidup dalam ketidakstabilan ekonomi rentan mengalami tekanan akibat tidak bisa memenuhi keperluan sehari-hari, hingga memicu pada pelbagai permasalahan kehidupan.
Masalah kehidupan yang muncul seperti pertengkaran keluarga, kasus pencurian, tekanan emosi, hingga hilangnya motivasi untuk meneruskan hidup.
Bunuh diri kemudian dianggap ‘jalan pintas’ untuk mengakhiri tekanan yang dialami.
Kelompok Rentan Bunuh Diri
Tingkat bunuh diri juga tinggi di kalangan kelompok yang rentan mengalami diskriminasi, seperti imigran, pelarian, suku asli, lesbian, gay, transgender dan mantan narapidana.
Pengalaman traumatis atau dalam istilah psikologi dikenal dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami trauma yang berat.
Trauma yang muncul dapat disebabkan oleh kejadian yang dialaminya dan mengancam keselamatan diri.
Contoh kejadian antara lain adalah bencana alam seperti Tsunami, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kejadian menakutkan hingga peristiwa tragis yang bahkan saat sulit diingat kembali.
Pengidap PTSD umumnya akan mengalami stres dan kecemasan berlebihan yang mengganggu dan sering berkaitan dengan trauma yang dialami sebelumnya.
Gangguan PTSD termasuk dalam gangguan kecemasan akut yang membuat penderitanya tidak bisa melupakan peristiwa traumatis di masa lalu.
Oleh karena itu, penderita kerap berpikir negatif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya.