Video
VIDEO Berziarah ke Makam Cut Nyak Dhien, Pahlawan Perempuan Asal Aceh
Syedara Lon, setelah berkunjung ke situs sejarah Lubang Buaya di Jakarta Timur, kali ini saya melanjutkan perjalanan ke Sumedang.
SERAMBINEWS.COM – Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Syedara Lon, setelah berkunjung ke situs sejarah Lubang Buaya di Jakarta Timur, kali ini saya melanjutkan perjalanan ke Sumedang.
Agendanya adalah berziarah ke makam pahlawan perempuan pemberani asal Aceh, yakni Cut Nyak Dhien.
Cut Nyak Dien yang hidup antara tahun 1848-1908, kala itu menjadi sosok perempuan yang paling dicari oleh pasukan kolonial Belanda.
Kerajaan Belanda mengerahkan segala kemampuan untuk menangkap perempuan pejuang ini.
Upaya penangkapan Cut Nyak Dhien baru berhasil dilakukan setelah Sang Pejuang ini berada di usia renta.
Itu pun karena orang terdekatnya merasa kasihan dengan kondisi Cut Nyak Dhien yang terus mengobarkan perlawanan di usia yang telah renta, sehingga Pang Laot membocorkan keberadaan Cut Nyak Dhien kepada pihak Belanda.
Keberanian dan semangat perlawanannya terhadap penjajahan, membuat Belanda harus mengasingkan Cut Nyak Dhien ke Sumedang yang sangat jauh dari tanah kelahirannya di Aceh.
Cut Nyak Dhien yang kala itu berusia 58 tahun dibawa dari Aceh ke Batavia dengan menggunakan kapal laut untuk kemudian menuju Sumedang.
Cut Nyak Dhien meninggal dunia di Sumedang pada 6 November 1908.
Cut Nyak Dien dimakamkan di Kompleks Pemakaman Gunung Puyuh, yang merupakan salah satu pemakaman para leluhur dan orang-orang yang berjasa membangun Sumedang di masa lampau.
Makam Cut Nyak Dien awalnya tidak dikenali oleh masyarakat lantaran identitas dan makamnya memang dirahasiakan oleh penjajah Belanda kala itu.
Makamnya baru diketahui tahun 1959 setelah dilakukan pencarian atas perintah Gubernur Aceh kala itu, Ali Hasyimi.
Makam tersebut diketahui berdasarkan data-data di Belanda.
Komplek Pemakaman Gunung Puyuh berlokasi tidak jauh dari Alun-alun Sumedang.