Breaking News

Konflik Rusia vs Ukraina

Volodymyr Zelenskyy Tegaskan Ukraina Akan Rebut Kembali Seluruh Wilayah yang Diduduki Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan bahwa pihaknya akan merebut kembali seluruh wilayah yang kini diduduki Rusia.

Editor: Faisal Zamzami
AFP/RONALDO SCHEMIDT
Presiden Volodymyr Zelensky (tengah) berjalan di kota Bucha, tepat di barat laut ibukota Ukraina Kyiv pada 4 April 2022. - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada 3 April 2022 bahwa kepemimpinan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di Bucha, di luar Kyiv , di mana mayat ditemukan tergeletak di jalan setelah kota itu direbut kembali oleh tentara Ukraina. (Photo by RONALDO SCHEMIDT / AFP) 

SERAMBINEWS.COM, KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan bahwa pihaknya akan merebut kembali seluruh wilayah yang kini diduduki Rusia.

Seluruh wilayah yang dimaksud Zelenskyy termasuk Semenanjung Krimea yang dianeksasi pada 2014 lalu.

Hal tersebut disampaikan Zelenskyy dalam siaran pidato dari Kiev, Senin (13/6/2022) malam waktu setempat.

Ia mengeklaim, pasukan Ukraina telah memukul mundur Rusia di lebih dari 1.000 permukiman sejak invasi dimulai.

“Kami menghadapi suatu kejahatan absolut. Dan kami tidak punya pilihan lain kecuali terus melangkah, demi membebaskan seluruh wilayah kami, menendang penjajah dari seluruh daerah kami,” kata Zelenskyy dikutip Associated Press.

“Meskipun sekerang front pertempuran kami telah membentang lebih dari 2.500 kilometer, sepertinya inisiatif strategis ada di pihak kami,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Zelenskyy menyebut pertempuran Donbass yang tengah berlangsung akan menjadi salah satu yang paling brutal sepanjang sejarah Eropa.

Usai gagal merebut Kiev pada awal invasi, pasukan Rusia dan separatis memfokuskan operasi militer di kawasan Donbass, jantung industri Ukraina.

Belakangan ini, Rusia memfokuskan gempuran di sekitar Sievierodonetsk, salah satu kota terakhir yang dikuasai Ukraina di Oblast (daerah setingkat provinsi) Luhansk.

Zelenskyy mengeklaim Rusia juga masih berusaha menggempur daerah-daerah lain di luar Donbass.

Ia menyebut Moskow ingin “menghancurkan” Mykolaiv, Zaporizhzhia, dan Dnipropetrovsk di tengah Ukraina.

Untuk mengatasi gempuran Rusia, Zelenskyy mengaku Kiev butuh bantuan persenjataan lebih lanjut, khususnya artileri.

“Harga pertempuran ini bagi kami sangat besar. Ini mengerikan. Kami meminta perhatian mitra-mitra kami setiap hari bahwa hanya artileri modern dengan jumlah mencukupi untuk Ukraina akan memastikan keunggulan kami dan akhirnya mengakhiri perisakan Rusia di Donbass Ukraina,” kata Zelenskyy. 

Baca juga: VIDEO Rusia Tunjukkan Ratusan Senjata yang Ditinggalkan oleh unit Bersenjata Ukraina

Baca juga: Rusia Hancurkan Depot Persenjataan Besar Ukraina, Senjata Kiriman AS dan Eropa Ikut Hancur

Pertempuran Donbass Dapat Menentukan Akhir Perang Rusia-Ukraina

Hingga perang memasuki bulan keempat, pasukan Rusia terus menggempur kawasan Donbass di timur Ukraina dengan artileri dan serangan udara tanpa henti. Walaupun sempat kesulitan pada awal invasi, Rusia menorehkan progres pelan tetapi pasti untuk merebut kawasan tersebut.

Donbass sendiri merupakan kawasan jantung industri Ukraina. Wilayah ini cukup signifikan dan dapat menentukan arah perang Rusia-Ukraina.

Apabila Rusia merebut Donbass, Ukraina tidak hanya kehilangan wilayah, tetapi juga elemen militer terbaiknya yang diposkan di kawasan itu. Direbutnya Donbass akan membuka jalan untuk merebut lebih banyak wilayah Ukraina. Juga, memaksakan ketetapan dalam negosiasi dengan Kiev.

Akan tetapi, jika Moskow gagal, pertempuran Donbass dapat menjadi titik mula kontraofensif Ukraina. Di dalam negeri, kegagalan tersebut juga dapat memicu pergolakan politik di Kremlin.

Sebelum invasi, kawasan Donbass telah diperebutkan Ukraina dengan kelompok separatis Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR). DPR dan LPR telah memerangi Ukraina sejak memerdekakan diri pada 2014.

Pemfokusan operasi militer di Donbass adalah keputusan Moskow usai gagal merebut Kiev pada awal-awal invasi. Berkaca dari kegagalan, Rusia pun membuat pendekatan berbeda, lebih bertumpu pada serangan jarak jauh untuk mengikis pertahanan Ukraina.

Strategi itu, sejauh ini, membuahkan hasil. Militer Rusia yang memiliki perlengkapan lebih baik telah menorehkan hasil, baik di oblast (daerah setingkat provinsi) Donetsk ataupun Luhansk, dua teritori yang diklaim DPR dan LPR.

Menurut laporan Associated Press, per Juni 2022, Rusia dan separatis telah menguasai 95 persen teritori Luhansk dan sekitar setengah Donetsk.

Bombardir gencar pun mulai mengikis kekuatan pertahanan Ukraina. Penasihat kantor kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak menyebut pihaknya kehilangan 100 hingga 200 serdadu per hari. Kepada BBC, ia menyebut pasukan Rusia telah “mengeluarkan apa pun yang non-nuklir di medan perang.”

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mendeskripsikan situasi pertempuran Donbass “sangat sulit”, mendamprat Rusia “melakukan apa pun untuk menelan hidup manusia demi memuaskan ego imperial.”

Walaupun perang telah merongrong ekonomi Rusia karena sanksi meluas, Presiden Vladimir Putin bersikeras atas tuntutannya ke Kiev. Kremlin menuntut Ukraina mengakui semua wilayah yang kini direbut Rusia dan separatis, termasuk Semenanjung Krimea yang dianeksasi pada 2014. 

Di lain pihak, Kiev juga bersikeras menolak tuntutan Rusia tersebut.

Hingga bulan keempat, pasukan Rusia telah menguasai seluruh pesisir Laut Azov, termasuk kota pelabuhan strategis Mariupol, Oblast Kherson, dan sebagian besar wilayah Zaporizhzhia. Rusia dapat menekan lebih jauh ke dalam wilayah Ukraina, Putin diduga tak mau berhenti di situ saja.

Putin selalu mengeklaim bahwa Ukraina adalah wilayah Rusia secara historis. Ia membandingkan perang Rusia-Ukraina dengan perang lawan Swedia yang dikobarkan Tsar Pyotr I dari Rusia pada abad 18 yang bertujuan “merebut kembali” wilayah Rusia.

Perubahan Taktik Rusia di Donbass


Tak seperti pada awal invasi, pasukan Rusia terlihat cenderung menggunakan taktik konservatif di Donbass. Sebelumnya, banyak pihak menduga Rusia akan berusaha mengepung pasukan Ukraina dengan gerak menjepit yang masif. Namun, Rusia justru membuat langkah lebih kecil untuk memaksa Ukraina mundur dan tidak terlalu mengulur jalur suplainya sehingga rawan diserang.

Keir Giles, pakar Rusia di lembaga wadah pemikir Chatham House yang berbasis di London, menyampaikan bahwa pasukan Rusia “mengonsentrasikan artilerinya di satu seksi di garis depan untuk melumat segala yang ada di depan dengan meratakan semuanya.”

Belakangan ini, serangan artileri Rusia memporak-porandakan Sievierodonetsk, Bakhmut, dan Lysychansk. Di Bakhmut, Minggu (12/6), serangan jarak jauh Rusia menghantam permukiman, sebuah hotel, dan fasilitas medis.

Interior gedung apartemen yang rusak akibat bombardir Rusia di Bakhmut, dekat Sievierodonetsk, Ukraina. Foto diambil pada Senin (30/5/2022). (Sumber: Francisco Seco/Associated Press)
Lebih lanjut, Giles menyebut pasukan Ukraina bertahan dengan “fleksibel” dan kerap mengirim serangan balik.

“Ukraina telah menetapkan kebijakan pertahanan fleksibel, menyerahkan wilayah jika perlu daripada bersikeras mempertahankan setiap inci wilayahnya,” kata Giles.

Meskipun demikian, seorang pejabat tinggi Barat yang enggan diungkap namanya karena membicarakan isu sensitif, mengeklaim Moskow masih “amat bermasalah di segala lini.” Ia menyebut pasukan Rusia masih memerlukan “berpekan-pekan untuk mencapai tujuan taktis sederhana seperti merebut suatu desa.”

Rusia sendiri memiliki keunggulan jelas dari segi serangan jarak jauh dalam pertempuran Donbass. Moskow memiliki lebih banyak artileri howitzer dan peluncur roket dan punya amunisi melimpah. Sebaliknya, Ukraina mesti berhemat dalam menggunakan artileri.

Untuk menambal gap ini, Ukraina telah menerima bantuan persenjataan berat lebih banyak dari negara-negara Barat. Kiev dikirimi puluhan howitzer dan rencananya akan dipasok dengan sistem peluncur roket laras banyak (MLRS).

Rencana pengiriman MLRS ke Ukraina ditentang keras oleh Putin. Kata dia, jika Barat memberi Kiev roket jarak jauh yang bisa digunakan menyerang teritori Rusia, Moskow akan menyerang target yang sebelumnya tidak disentuh di Ukraina. Menteri Luar Negeri Rusia pun menyebut pihaknya bisa merespons dengan merampas lebih banyak wilayah.

Rusia Ingin Belah Ukraina Jadi Dua?


Di Kherson dan Zaporizhzhia, Rusia dilaporkan mendorong pejabat setempat untuk mengakui aneksasi Rusia atau mendeklarasikan kemerdekaan seperti Donetsk dan Luhansk.

Seiring pertempuran Donbass, pejabat Ukraina serta analis Barat mengkhawatirkan bahwa Rusia berniat membelah wilayah Ukraina menjadi dua bagian. Ini bisa terjadi jika Rusia menyerang wilayah Dnipro yang terletak di tengah Ukraina.

“Tujuan Rusia dalam konteks perang ini beralih sehubungan situasi di lapangan,” kata Eleonora Tafuro Ambrosetti, analis asal Institut Studi Politik Internasional Italia.

Ambrosetti menambahkan, Rusia kemungkinan akan merusak ekonomi Ukraina lebih jauh dengan menguasai seluruh wilayah pesisir.

Kendaraan militer Rusia bergerak melintasi jalan raya di daerah yang dikuasai oleh pasukan separatis pro-Rusia di dekat Mariupol, Ukraina, 18 April 2022. (Sumber: AP Photo/Alexei Alexandrov)
Sebelumnya, seorang jenderal papan atas Rusia telah membicarakan rencana memutus akses Ukraina dari Laut Hitam dengan merebut Mykolaiv, Odessa, lalu terus ke barat hingga mencapai perbatasan Rumania.

Operasi itu pun akan membuat koridor darat menuju Transnistria, wilayah separatis di Moldova yang memiliki pangkalan militer Rusia.

Untuk mencapai tujuan besar di atas, Moskow mesti meraih kesuksesan dalam pertempuran Donbass. Pada saat bersamaan, kemenangan tersebut juga akan melemahkan Ukraina karena mayoritas pasukan paling berpengalamannya berada di Donbass.

Baca juga: Hiswana Migas Minta Bupati Aceh Besar Usul SPBU Kompak ke ESDM Agar Hadir di Pulo Aceh

Baca juga: 201 Calon Mahasiswa Baru Ikuti Ujian Melalui Sistem Elektronik di STAIN Meulaboh

Baca juga: Profil Muzammil Hasballah, Putra Aceh yang Azankan Jenazah Anak Ridwan Kamil di Pemakaman

 

Kompastv

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved