Berita Aceh Tamiang
Jemput TKI Aceh Tamiang yang Kecelakaan Kerja di Malaysia, Ini Pesan Anggota DPRA Asrizal H Asnawi
Karena itu, jika bekerja secara ilegal di negara orang akan susah untuk meminta pertanggungjawaban jika mengalami suatu masalah di negara tersebut.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Mursal Ismail
Asrizal H Asnawi meminta kepada masyarakat Aceh untuk melakukan persiapan matang, jika hendak bekerja di luar negeri, terutama di Malaysia.
SERAMBINEWS.COM, KUALA SIMPANG - Anggota DPRA, Asrizal H Asnawi, menyampaikan pesan peringatan untuk warga Aceh usai menjempung langsung Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Bandara Kuala Namu, Sumatera Utara.
Asrizal H Asnawi meminta kepada masyarakat Aceh untuk melakukan persiapan matang, jika hendak bekerja di luar negeri, terutama di Malaysia.
Hal itu disampaikannya saat menjemput dan mengantarkan pulang Mauri (44), warga Kampung Blang Kandis, Kecamatan Bandar Pusaka, Aceh Tamiang, yang mengalami kecelakaan kerja di Malaysia, Senin (20/6/2022) sore.
“Kalau ingin bekerja di Malaysia, bekerjalah dengan lengkap dokumen,” pesan Asrizal.
Mauri diketahui bekerja di Malaysia secara illegal dan tidak memiliki dokumen resmi.

Baca juga: Mauri, TKI asal Aceh Tamiang yang Alami Kecelakaan Kerja di Malaysia Pulang Kampung Besok Pagi
Asrizal mengatakan, selain Mauri ada seorang warga Kampung Blang Kandis lainnya menjadi korban kekerasan dan penyekapan oleh majikanya selama 8 tahun.
Ia adalah Lili Herawati, juga diketahui berangkat dan bekerja di Malaysia melalui sebuah agen yang tidak resmi.
“Artinya (harus) punya paspor, visa bekerja, dan berangkat dengan perusahaan (agen) yang resmi. Sehingga tidak bekerja secara ilegal,” imbuhnya.
Karena itu, jika bekerja secara ilegal di negara orang akan susah untuk meminta pertanggungjawaban jika mengalami suatu masalah di negara tersebut.
“Jika ilegal, kalau ada kejadian seperti ini kita tidak punya hak dan alasan untuk meminta pertanggungjawaban untuk membiayai pengobatan, uang ganti, atau santunan,” ujar Asrizal.
Baca juga: TKW Korban Penyiksaan belum Bisa Pulang, Pemkab Aceh Tamiang akan Antar Langsung Bantuan ke Malaysia
Asrizal menceritakan kondisi Mauri selama 3 tahun merantau di Malaysia hingga akhirnya harus terbaring di rumah sakit akibat kecelakaan kerja.
“Pak Mauri bekeja secara ilegal di Malaysia, yang akhirnya tidak ada biaya pengobatan dari asuransi terhadap kejadian tersebut,” katanya.
Karena itu, biaya sebagian pengobatan Mauri selama di rumah sakit ditanggung oleh majikan atau toke ditempatnya bekerja.
“Pak Mauri ini digaji dan sudah diambil haknya. Dia baru bekerja selama dua bulan di perusahaan itu,” ungkap Asrizal.
Isak Tangis Keluarga
Isak tangis keluarga yang sedari pagi menunggu kedatangan Mauri (44), yang mengalami kecelakaan kerja di Malaysia, seketika pecah.
Begitu tiba sebuah mobil berwarna putih di halaman rumahnya di Kampung Blang Kandis, Kecamatan Bandar Pusaka, Aceh Tamiang, Senin (20/6/2022) sore diselimuti suasana haru.
Peluk dan cium serta tangis pecah dari seorang ibu tatkala melihat putranya bernama Mauri turun dari dalam mobil.
Mauri yang pergi ke Malaysia dalam keadaan sehat, tapi tiba dengan pipi sebelah kananya terbungkus perban dan selang menjorok ke dalam lubang hidung kanannya.
Warga Blang Kandis yang menyaksikan pertemuan Mauri dan keluarganya juga ikut terharu.
Mauri tiba di kampung halamanya setelah melakukan perjalanan panjang selama berjam-jam menggunakan jalur udara dan darat.
Kepulangan Mauri ke tanah kelahirannya ini difasilitasi oleh Anggota DPR Aceh, Asrizal H Asnawi dan Ketua Komunitas Bireuen Bersatu di Malaysia, Haikal.

Kepada Serambinews.com, Asrizal mengatakan bahwa dirinya langsung menjemput Mauri di Bandara Kuala Namu, Suamtera Utara pagi tadi pukul 10:00 WIB.
Setibanya di Kuala Namu, Asrizal langsung membawa Mauri menuju tanah kelahirannya di Blang Kandis, dengan jarak tempuh 4 jam 30 menit.
“Suasananya sangat haru. Ibu dan kakak serta adik pak Mauri tak mampu menahan tangis,” ujar Ketua DPD PAN Aceh Tamiang itu.
Kedatangan Mauri bersama Asrizal turut disambut oleh sejumah tokoh masyarakat Kampung Blang Kandis.
Perwakilan keluarga Mauri mengucapkan terima kasih atas upaya yang telah diberikan Asrizal dan relawan masyarakat Aceh di Malaysia, yang mau memfasilitasi kepulangannya.
“Saya mewakili Pak Mauri tak ada kata yang bisa disampaikan kecuali hanya terima kasih yang tak terhingga kepada bapak (Asrizal) yang telah meluangkan waktu, mengorbankan materi,”
“Sehingga bisa menghantarkan keluarga kami sampai di rumahnya,” ujar Imuem Gampong yang mewakili keluarga Mauri.
Dipulangkan Bersamaan dengan Warga Aceh Timur
Anggota DPR Aceh, Asarizal H Asnawi mengatakan bahwa, Mauri pulang bersamaan dengan Zulfahmi, warga Rantau Panjang, Aceh Timur.
Zulfahmi juga bernasib sama seperti Mauri, yakni mengalami kecelakaan kerja di sana dan mengakibatkan putusnya urat Tendon akibat terkena mesin gerinda.
Kepulangan kedua warga Aceh ini difasilitasi oleh Anggota DPR Aceh, Asrizal H Asnawi dan Ketua Komunitas Bireuen Bersatu di Malaysia, Haikal.
“Saya akan menjemput keduanya di Kuala Namu dan mengantarkan mereka sampai ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga,” kata Asrizal, yang merupakan politikus PAN, Minggu (19/6/2022) malam.
Ia mengatakan, Mauri tidak mendapat layanan kesehatan maksimal di Malaysia. Hal itu dikarenakan dia bekerja secara illegal dan tidak memiliki dokumen resmi.
“Cuma kebijakan toke membawanya berobat seadanya. Makanya kita bawa pulang ke Aceh untuk mendapat pengobatan maksimal,” tambahnya.
Disinggung soal biaya pemulangan, Asrizal mengaku bahwa biaya kepulangan warga Aceh ini tidak ditanggung sama sekali oleh Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan Dinas Sosial Aceh.
Hal itu dikarenakan Dinas Sosial Aceh memang tidak memiliki anggaran pemulangan warga dari luar negeri.
Sementara jika melalui BP2MI harus menunggu sedikit lebih lama lagi bagi keduaya untuk bisa pulang ke Aceh.
“Untuk Mauri, saya dan Haikal menghubungi tokenya di Klantan untuk minta bantuan ongkos jemput ke sana dan bawa pulang ke Medan.”
“Alhamdulillah walau tidak maksimal tapi lumayan meringankan Pak Mauri untuk pulang kampung,” ujar Asrizal.
Namun untuk Zulfahmi, lanjutnya, biaya kepulangannya sedikit diringankan oleh keluarganya di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Rantau Selamat, Aceh Timur.
“Sisanya saya dan Haikal menanggung kekurangannya tersebut,” ujar Azrizal.
Keduanya sudah mengantongi SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor) yang diterbitkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur untuk kembali ke Indonesia. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)