Pojok UMKM
Lituna, Ikan Tumis Kaleng Siap Saji
Produk ini sudah melalui pengujian fisiko-kimia dan mikrobiologi di Laboratorium terakreditasi KAN
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Industri ikan kaleng Aceh skala rumah tangga dan kecil, mulai meramaikan pasar dalam beberapa tahun terakhir. Produk ikan kaleng lokal ini mampu bersaing dengan produk pabrikan asal Sumatera Utara dan pulau Jawa.
Salah satu produk ikan kaleng khas Aceh yang sudah mendapat pasar lokal maupun nasional adalah ikan kaleng tumis keumamah bernama Lituna. Lituna, merupakan produk ikan kaleng yang dibuat dari ikan tongkol dan dimasak menjadi keumamah tumis. Makanan ini dikemas dalam kaleng, kemudian diseterilisasi dan tanpa bahan pengawet serta siap saji.
Dosen Universitas Syiah Kula yang terlibat dalam Tim Pendiri Produksi Ikan Kaleng Lituna, Dr Ing Sri Haryani STP MSc, Ir Syarifah Rohaya M bersama Ir Hafidh Hasan ST MT IPU mengatakan, tujuan pendirian produksi ikan kaleng Lituna ini, untuk mengimpelementasikan hilirisasi hasil penelitian para dosen dalam bidang pangan kemasan. Diantarnya memproduksi ikan tongkol tumis yang bisa tahan lama guna dikomersilkan.
Sri Haryani mengungkapkan, munculnya ide melakukan penelitian tumis ikan tongkol untuk dikalengkan itu, karena selama ini banyak produk ikan tongkol Aceh hanya dibuat untuk kawan makan nasi harian, ikan kayu atau keumamah, abon ikan dan lainnya, tapi yang dalam bentuk ikan kaleng jumlah produknya masih sangat terbatas.
Sebelum Lituna lahir, ada beberapa industri rumah tangga, yang juga memproduksi makanan ikan tongkol siap saji yang dikemas dalam kaleng, tapi sekarang banyak yang sudah stop produksi.
Dikatakan, ide pembuatan keumamah tumis siap saji dan bisa bertahan sampai 2 tahun, sudah diteliti oleh mahasiswa Prodi THP Fakultas Pertanian USK pada tahun 2004. Saat itu, ikan keumamah tumis dikemas dalam botol. Namun ikan tumis itu belum tahan disimpan dalam waktu lama.
Pada tahun 2018-2020 diteliti kembali secara komprehensip mulai dari modifikasi persiapan bahan baku, proses seterilisasi, uji masa simpan selama 2 tahun, serta uji organoleptik (sensori dan deskripsi) oleh dosen-dosen prodi THP USK.
Keunikan produk ikan kaleng Lituna ini, kata Sri Haryati, adalah diseterilisasi dengan metode baru yang dikembangkan dari hasil penelitian. Metode ini berbeda dengan metode pengalengan ikan pada umumnya, menggunakan retort skala besar yang dilakukan pada industri pangan. Tahapan proses produksi ikan kaleng Lituna sudah diverifikasi dan disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM RI), yang didampingi Balai Besar POM Aceh. Lituna sudah memiliki izin edar dan halal dan lainnya dari LPPPOM MPU Aceh, juga hak paten dari DJKI Kemenkumham RI.
Sebelum Ikan Kaleng Lituna di jual bebas di pasaran, ungkap Sri Haryati, produk ini sudah melalui pengujian fisiko-kimia dan mikrobiologi di Laboratorium terakreditasi KAN. Selain itu, uji coba penjulan Ikan Kaleng Lituna kepada masyarakat sebagai upaya membangun ”Brand Awareness“ mendapat sambutan yang gembira.
Saat ini, ikan kaleng Lituna, sudah dijual di berbagai supermarket dan toko kelontong yang ada di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Ikan Kaleng Lituna juga sudah dijual di market place Tokopedia dan Shopee. Ikan kaleng Lituna juga sudah beberapa kali ikut serta dalam pameran atau expo produk pangan di Banda Aceh, maupun tingkat nasional dan Internasional.
“Ikan kaleng Lituna sering dijadikan suvenir oleh kolega USK. Misalnya ke Brisbane, Australia, Miami USA, Rusia, Mekkah dan lainnya. Harga ikan kaleng Lituna tidak mahal dan terjangkau berkisar Rp 30.000-Rp 33.000/kaleng. Konsumen ikan kaleng yang ingin membelinya, bisa menghubungi nomor Hp ini, 0852 6230 7338 atau Instagram @litunafood.
Kadis Koperasi dan UKM Aceh, Ir Helvizar Ibrahim, yang didampingi Kabid PUK, M Surya Putra dan Kasi Pelayanan Informasi dan Usaha PLUT KUMKM, Andri Sufrianzah mengatakan, sebagai pembina UMKM, kami bangga, masih banyak para dosen USK yang mau mengimplementasi hasil penelitian mahasiswa maupun para dosen, untuk dijadikan produk pangan lokal komersil, yang mendapat pasar yang banyak di masyarakat, seperti Ikan Kaleng Lituna .
“Kita berharap, ada pengusaha lokal yang mau memodali kegiatan usaha produksi pangan yang telah diimplementasi THP Fakultas Pertanian USK yang sudah dikomersilkan, untuk berhijrah dari kegiatan usaha kecil menjadi menjadi industri sekala menengah dan besar,” kata M Surya Putra.(*)
