Berita Bener Meriah
Beruang Madu Jebol Rumah Warga, Habiskan Setoples Gula dan Minyak Jelantah
Selain gajah dan harimau, satwa liar lainnya yang juga sering berkonflik dengan manusia adalah beruang madu
* Konflik Satwa Liar di Bener Meriah
Selain gajah dan harimau, satwa liar lainnya yang juga sering berkonflik dengan manusia adalah beruang madu.
Di Aceh, konflik dengan satwa liar satu ini lumayan sering terjadi, hanya saja jarang terberitakan, mungkin karena tidak terlalu mengancam seperti layaknya gajah dan harimau.
Beruang madu biasanya mengindari manusia, tetapi sering menerobos ke dalam rumah, mencari makanan yang disukainya.
BERUANG MADU (Helarctos malayanus) bukanlah satwa yang asing bagi warga di Kampung Bukit Pepanyi, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah.
Masyarakat Gayo menyebut satwa satu ini dengan nama ‘telkah’, sedangkan masyarakat Aceh pesisir menyebutnya ‘cagee’.
Di Kampung Bukit Pepanyi, beruang madu sering menerobos masuk ke dalam rumah warga.
Salah satunya ke rumah Lailani, yang dibobol pada Selasa (12/7/2022) dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB.
Saat itu, pemilik rumah sedang tidak berada di rumah dan kejadian itu baru diketahui saat paginya.
Baca juga: BKSDA Evakuasi Beruang Madu, Tembak Pakai Senapan Angin Bius
Baca juga: Setelah Diobati, Tim BKSDA Lepasliarkan Anak Beruang Madu
Tidak ada kerusakan berat yang terjadi.
Beruang madu itu masuk ke rumah dengan menjebol pintu belakang, serta pintu penghubung kamar mandi dan dapur rumah.
Tujuannya adalah bagian dapur.
Di tempat ini, beruang tersebut menghabiskan setoples gula dan minyak jelantah (minyak goreng bekas) dalam panci yang berada di sisi kompor.
Pada saat kejadian itu, anak Lailani, M Ali, yang rumahnya berada tak jauh dari rumah ibunya, mengaku mendengar suara seperti pintu yang didobrak.
Namun dia tidak berani keluar untuk memastikan karena menduga yang masuk adalah pencuri.
Baru saat paginya dia datang untuk memeriksa, sekaligus mengambil daging kurban yang ia simpan di dalam kulkas rumah ibunya.
Saat masuk ke rumah dan melihat kerusakan yang terjadi, saat itulah dia mengetahui bahwa yang masuk adalah beruang.
Hal itu berdasarkan kerusakan bekas cakaran yang sama persis seperti yang terjadi sebelumnya.
M Ali menuturkan, dua bulan lalu rumah ibunya juga didatangi beruang.
Namun saat itu beruang datang hanya merusak dinding yang terbuat dari papan dan menarik barang yang dapat dijangkaunya.
Sedangkan kali ini beruang datang hingga masuk ke dalam rumah.
“Ini sudah kedua kali, yang terjadi dua bulan lalu saja belum di perbaiki sudah datang lagi,” keluh M Ali.
M Ali menuturkan, rumah warga di Kampung Bukit Pepanyi memang kerap didatangi beruang, dan ini bukan hal baru bagi masyarakat sekitar.
Selain mencari makanan di dapur, beruang juga kerap memaksa ayam, bebek, dan telur.
Rumah yang terbuat dari papan juga paling sering dirusak oleh satwa liar satu ini.
Hal ini karena beruang tersebut mengincar madu dari lebah yang sering bersarang di dalam papan.
Terkecil di Dunia
Beruang madu merupakan beruang terkecil di dunia sekaligus satu-satunya spesies beruang yang hidup di Indonesia.
Panjang mereka hanya mencapai 1,5 meter dan bobot tubuhnya maksimal 80 kg.
Beruang madu juga memiliki keunikan tersendiri dibanding spesies beruang lain dalam hal morfologi maupun makanan.
Meskipun namanya beruang madu, makanan beruang ini bukan hanya madu.
Laman See The Wild menyebut bahwa mereka juga makan serangga seperti semut dan rayap.
Beruang madu juga makan berbagai jenis buah, akar-akaran, bahkan hewan pengerat dan burung.
Sebagai hewan nokturnal, mereka mencari makan pada waktu malam dan tidur pada waktu siang.
Meski berukuran relatif kecil, beruang madu bisa bersikap agresif terhadap manusia, terutama jika mereka dikejutkan dengan kehadiran manusia di dalam hutan.
Dengan gigi dan kuku yang tajam, mereka bisa menyebabkan luka serius jika menyerang.
Laman Bears of The World menyebut mereka sebagai salah satu hewan paling berbahaya di hutan.
Selain di Indonesia, beruang madu juga terdapat di negara-negara Asia Tenggara lain, seperti Malaysia, Thailand, Kamboja, dan lain-lain, termasuk di India dan Bangladesh.
Namun, populasinya semakin lama semakin berkurang.
Penyebabnya tentu saja karena kerusakan habitat akibat penebangan hutan dan perburuan.
Selama rentang 30 tahun terakhir, diperkirakan populasi beruang madu telah mengalami penurunan sebesar 30 persen.
Oleh IUCN (Uni Internasional untuk Konservasi Alam), beruang madu diberi status sebagai satwa yang terancam punah.
Di Aceh sendiri, sejauh ini belum ada lembaga konservasi yang menghitung jumlah populasi beruang madu.
Namun hewan khas ini sering kali menjadi korban tangkapan di hutan.
Sering kali hewan ini terkena jerat dan tembakan.
Bahkan jika didapati anakan beruang hasil tangkapan, maka hewan ini akan diperjualbelikan. (bagus setiawan)
Baca juga: Induk Beruang Madu Tetap Jaga Anaknya yang Terjerat di Aceh Tengah, Ini Tindakan BKSDA
Baca juga: Beruang Madu Terjerat Perangkap Babi di Pidie Jaya, Dievakuasi Petugas BKSDA, PKSL Unsyiah & Polisi