Berita Jakarta
Kuota BBM Bakal Dikurangi, Pertalite dan Solar Terbanyak Dikonsumsi
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah tengah mempertimbangkan
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah tengah mempertimbangkan untuk mengurangi kuota penyaluran bahan bakar minyak (BBM) di tiap SPBU.
Tujuannya, kata Luhut, agar perlahan masyarakat beralih menggunakan pemakaian kendaraan listrik demi pencapaian emisi nol karbon pada 2060 mendatang.
"Oleh karena itu, kami diperintahkan Presiden, menghitung semua yang bisa kita kurangin dari penggunaan-penggunaan bensin itu, untuk kita gunakan kendaraan elektrik.
Itu sekarang sedang jalan," kata Luhut, Selasa (12/7/2022).
Luhut mencontohkan, seperti pemakaian BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Solar yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Untuk kendaraan roda 4 saja, sambung dia, bisa mencapai 19,2 juta mobil yang mengonsumsi BBM subsidi.
Apalagi, kendaraan roda 2 atau motor, subsidi BBM yang diberikan per unitnya sebesar Rp 3,7 juta.
Maka dari itu, pengurangan BBM agar beralih ke kendaraan listrik diperhitungkan.
"Berdasarkan catatan kami, harga BBM seperti sekarang, subsidi mobil berpenumpang diperkirakan mencapai 19,2 juta mobil per tahun.
Baca juga: Terjadi Kenaikan Harga, Tapi Harga BBM dan LPG Subsidi Tidak Berubah
Baca juga: Pendaftar BBM Subsidi 50.000 Kendaraan Hanya Dalam 4 Hari
Mobil itu ada subsidi yang diberikan," sebut mantan Menko Polhukam ini.
"Untuk sepeda motor diperkirakan Rp 3,7 juta per motor per tahun.
Jadi Anda bayangin, kalau sekarang sepeda motor ada 136 juta, hitung saja berapa subsidinya itu," sambungnya.
Sebagaimana diketahui, pemerintah sedang merevisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual eceran Bahan Bakar Minyak (BBM).
Beleid tersebut yang mengatur pembatasan penerima BBM bersubsidi dan penugasan supaya Solar dan Pertalite bisa lebih tepat sasaran kepada masyarakat.
Kepala BPH Migas, Erika Retnowati menjelaskan, aturan saat ini untuk solar subsidi berdasarkan volume untuk transportasi darat.
Untuk kendaraan pribadi plat hitam 60 liter per hari, angkutan umum orang atau barang roda 4 sebanyak 80 liter per hari.
Sedangkan angkutan umum roda 6 sebanyak 200 liter per hari.
Terkecuali untuk kendaraan pengangkutan hasil kegiatan perkebunan dan pertambangan dengan jumlah roda lebih dari 6.
Sebelumnya, Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengungkapkan, kalangan menengah ke atas paling banyak mengonsumsi BBM subsidi, jenis Pertalite dan Solar.
Sedangkan orang miskin dan rentan atau 40 persen masyarakat terbawah hanya menikmati sekitar 20 persen BBM subsidi.
Maka dari itu, Pertamina memberlakukan sistem penerapan MyPertamina agar tepat sasaran.
"Untuk Pertalite dan Solar subsidi masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat golongan menengah ke atas dan pengguna yang tidak berhak alias ini orang-orang yang mampu, hampir 60 persen orang kaya menikmati hampir dari 80 persen dari total konsumsi BBM subsidi," kata Irto, belum lama ini.
Melihat tren konsumsi saat ini, Irto menjelaskan ada potensi terjadinya kuota berlebihan.
Berdasarkan prognosa, realisasi konsumsi Pertalite pada tahun ini bisa mencapai sekitar 28 juta kiloliter (kl).
Sedangkan tahun ini kuota yang diberikan sebesar 23,05 juta kl.
Sementara prognosa untuk solar adalah 17,2 juta kl, sedangkan kuota yang diberikan sebesar 14,91 juta kl. (kompas.com)
Baca juga: BBM Jenis Solar Kosong di Aceh Tenggara, Kasat Reskrim: Kita akan Selidiki
Baca juga: Beli Solar & Pertalite Pakai MyPertamina Berlaku Mulai Hari Ini, Begini Cara Daftar Beli BBM Subsidi