Haji 2022
Memetakan Kembali Tapal Batas Mabit di Mina
Percakapan yang paling hangat didiskusikan justeru persoalan mabit di Mina, bukannya wukuf di Arafah, apalagi mabit di Muzdalifah
STATUS mabit di Mina dalam manasik haji sama dengan mabit di Muzdalifah.
Sama-sama wajib haji.
Bahkan status keduanya masih di bawah wukuf di Arafah yang merupakan rukun haji.
Meski demikian, percakapan yang paling hangat didiskusikan justeru persoalan mabit di Mina, bukannya wukuf di Arafah, apalagi mabit di Muzdalifah.
Hal ini tidak terlepas dengan kebijakan Arab Saudi memperluas area wilayah Mina.
Sehingga di hari sekarang dikenal dua wilayah Mina, yaitu Mina Qadimah (Mina Tua) dan Mina Jadidah (Mina Baru).
Kebijakan yang tidak pernah diterapkan untuk Arafah dan Muzdalifah.
Kebijakan perluasan Mina ini tentu memunculkan polemik seputar keabsahan mabit di Mina.
Sebagaimana diketahui, tapal batas Mina, Muzdalifah dan Arafah ditetapkan pertama sekali oleh Ibrahim bersama puteranya Ismail sesaat setelah keduanya selesai membangun Ka'bah.
Baca juga: Serba-Serbi Melontar dan Mabit di Mina
Baca juga: Jamaah Haji Lakukan Mabit di Mina dan Melempar Jamarah
Seiring perjalanan masa, tapal batas ini menjadi samar dan kabur.
Saat haji wada', Nabi Muhammad diperintahkan Allah untuk kembali melacak dan mematok ulang tapal batas geografis wilayah Mina, Muzdalifah dan Arafah yang dulu pernah dikerjakan Ibrahim dan Ismail.
Dalam wilayah-wilayah yang ditetapkan Nabi inilah manasik haji sah dilakukan.
Saat ini, tapal batas Mina, Muzdalifah dan Arafah yang telah dipatok ulang oleh Nabi diberi tanda bilboard bertuliskan nihayatul Mina (batas Mina), nihayatul Muzdalifah (batas Muzdalifah) dan nihayatul Arafah (batas Arafah).
Setelah beberapa kali terjadi tragedi di Mina.
Pada tahun 2012, Arab Saudi meletakkan tenda-tenda di luar batas-batas Mina.