Internasional
Penularan Secara Seksual Jadi Penyebab Utama Penyebaran Cacar Monyet di Amerika Serikat
Beberapa pakar kesehatan Amerika Serikat (AS) berspekulasi, cacar monyet mungkin akan menjadi penyakit menular secara seksual.
SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Beberapa pakar kesehatan Amerika Serikat (AS) berspekulasi, Cacar Monyet mungkin akan menjadi penyakit menular secara seksual.
Dimana, telah mengakar di negara itu, seperti gonore, herpes, dan HIV.
“Intinya, kita telah melihat pergeseran epidemiologi cacar monyet," kata Dr. Albert Ko, profesor kesehatan masyarakat dan epidemiologi di Universitas Yale.
"Di mana sekarang ada penularan yang meluas dan tidak terduga,” jelasnya, seperti dilansir AFP, Minggu (24/7/2022).
“Ada beberapa mutasi genetik pada virus yang menunjukkan mengapa itu bisa terjadi," tambahnya.
"Tetapi, kami membutuhkan respons yang terkoordinasi secara global untuk mengendalikannya,” katanya.
Baca juga: Beresiko Tinggi Penularan, Pria Gay dan Biseksual Terlebih Dahulu Diberikan Vaksin Cacar Monyet
Ko menyerukan pengujian untuk segera ditingkatkan dengan cepat.
Dia mengatakan mirip dengan hari-hari awal Covid-19, ada kesenjangan yang signifikan dalam pengawasan.
"Kasus yang kami lihat, hanyalah puncak gunung es," katanya.
“Jendela mungkin telah tertutup bagi kita untuk segera menghentikan wabah di Eropa dan AS," ujarnya.
"Tetapi belum terlambat untuk menghentikan cacar monyet yang menyebabkan kerusakan besar pada negara-negara miskin tanpa sumber daya untuk menanganinya," jelasnya.
Di AS, beberapa ahli berspekulasi cacar monyet mungkin menjadi penyakit menular seksual terbaru.
Pejabat kesehatan AS memperkirakan sekitar 1,5 juta pria berisiko tinggi terinfeksi cacar monyet.
Baca juga: WHO Khawatirkan Cacar Monyet Selama Musim Haji 2022, Arab Saudi Siap Tangani Penyakit Apapun
Dr Placide Mbala, ahli virologi yang memimpin departemen kesehatan global di Institut Riset Biomedis Nasional Kongo berharap ada upaya global untuk menghentikan cacar monyet akan adil.
Dia mengatakan negara-negara kaya seperti Inggris, Kanada, Jerman dan AS telah memesan jutaan dosis vaksin, tetapi tidak ada yang ditujukan ke Afrika.