Kesenian

Orang Cina Takengon dan Taiwan Ikut Berdidong Gayo di Perpustakaan Nasional

Ayun adalah Ketua Perkumpulan Cina Takengon, berteman baik dengan Bupati Aceh Tengah sejak remaja. Ia hadir mengenakan pakaian motif Kerawang Gayo .

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Cina Takengon maksudnya turunan Tionghona dari Takengon Ayun (tiga dari kanan mengenakan baju kerawang) dan Prof Mr Chen, asal Taiwan (nomor dua dari kiri) ikut berdidong bersama di Perpustakaan Nasional Jakarta. 

Laporan Fikar W Eda I Jakarta

SERAMBINEWS COM, JAKARTA - Cerita tentang ada Cina main "didong," itu bukan isapan jempol.

Peristiwa itulah yang berlangsung pada acara pembukaan "Didong Jalu" di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta, Sabtu (23/7/2022) lalu.

Ayun, seorang pria turunan Cina yang lahir dan menjalani masa muda di Aceh Tengah, ikut berdidong bersama-sama dengan tokoh masyarakat Gayo dan tamu undangan dalam acara itu.

Ayun adalah Ketua Perkumpulan Cina Takengon, berteman baik dengan Bupati Aceh Tengah sejak remaja. Ia hadir mengenakan pakaian motif Kerawang Gayo.

Didong Jalu akan Meriahkan Pentas Budaya Gayo, Kesenian Gayo Ini Sudah Tampil di Jakarta Sejak 1961

Seorang lagi Prof Mr Chen, peneliti dari Taiwan yang hadir juga atas undangan Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar.

Ayun, dan Prof Mr Chen kemudian naik panggung melakukan "didong morom" atau "didong bersama" sebagai tanda dimulainya pertunjukan "Didong Jalu" antara grup Teruna Jaya dari Toweren dan Kemara Bujang dari Kampung Kung Aceh Tengah.

Seluruh peserta "didong morom" termasuk Mr Chen dan Ayun, serta Ketua Musara Gayo Ahyar Gayo, tokoh Gayo Alwien Desry, Ketua Panitia Aris Nosar, Kadis Budpar Aceh Almuniza Kamal, Kadis Dikejar Aceh Tengah Uswatuddin dan lain-lain, lalu duduk bersila di panggung.

Kakankemenag Galus Disambut Tarian Didong Nalo dan Peusijuek di Gayo Lues

Masing-masing peserta "didong morom" mendapatkan "bantal atau kanvas tepok" atau cukup dengan iringan "tepok pumu" saja.

Ceh dari kedua grup, yaitu Teruna Jaya dan Kemara Bujang lalu secara bergantian melantunkan puisi didongnya, yang diikuti dalam iringan "tepok bantal" dan "tepok pumu" sesuai irama lagu.

Mr Chen dan Ayun tampak sangat bersemangat mengikuti "didong morom" tersebut. Keduanya cerah dan gembira seperti halnya peserta dan pengunjung pertunjukan seni didong tersebut.

Ketua Musara Gayo Ahyar Gayo dan tokoh Gayo Alwien Desri menyebut Ayun sangat aktif dalam kegiatan orang Gayo. "Selalu berkontribusi baik material maupun non material di acara orang Gayo," kata Ahyar Gayo.

Direktur Perlindungan Kebudayaan Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti yang hadir dalam acara itu mewakili Dirjen Kebudayaan, juga tampak gembira dan memuji penyelenggaraan tersebut sebagai bentuk penghargaan dan menjaga kelestarian seni Gayo.

"Didong, Kerawang Gayo, Gutel, Guel, Sining, Keni Gayo, Bines, Saman dan Pacu Kude, sudah ditetapkan Mendikbudristek sebagai warisan budaya tak benda dari Gayo. Karena itu perlu terus dipelihara dan dikembangkan, termasuk ekosistemnya.

"Apa yang kita saksikan hari ini adalah bentuk sinergisitas antara komunitas seni dengan pemerintah daerah dalam menjaga dan merawat kesebudayaan Gayo," kata Irini Dewi Wanti yang hadir mengenakan pakaian motif Kerawang Gayo.

Kadis Budpar Aceh Almuniza Kamal juga memuji kegiatan yang diselenggrakan Musara Gayo, Pemkab Aceh Tengah dan Perpustakaan Nasional itu. Al mm jniza mengaku sangat menikmati acara itu.

"Luar biasa, saya senang dan sangat menikmati. Ini pertama kali bagi saya ikut didong," kata Almuniza seusai acara.

Pertunjukan Didong Jalu berakhir pada pukul 23.00 WIB. Dewan juri terdiri dari Zul Syeh Kilang, Jamaluddin Meri dan Tgk Ilyas memutuskan pemenangnya adalah Grup Teruna Jaya dari Toweren. Pemenang kedua Kemara Bujang.

Selain Didong Jalu rangakaian kegiatan lain adalah bazar kuliner dan pameran kerajinan Gayo, dialog menata masa depan Gayo dan pentas "Doani Kupi" bersama Sanggar Sastra Balai Pustaka, Sanggar Matahari, Sanggar Pegayon, dan seder penyair Indonesia, yakni Kurnia Effendi, Rinti Intama, Devie Matahari, Ireng Halimun, Ira Yusup, Fikar W Eda, Moktavianus Masheka dan lain-lain. Seluruh kegiatan dipusatkan di Gedung Perpustakaan Nasional.

Grup didong Teruna Jaya dimotori Ceh Kabri Wali, Ruhdan, Miko, Rizki, Johansyah. Sedangkan Kemara Bujang dimotori Ceh Armizan, Hamka Kung, Suhada, Armansyah dan As Syura.

Didong Jalu adalah bentuk kesenian tradisional Gayo yang mempertemukan dua grup didong dalam satu panggung pertunjukan.

Kedua grup saling sindir dengan puisi atau "tep onem" yang harus dijawab secara spontan. Kemahiran menjawab puisi itu menjadi salah satu keunggulan dalam Didong Jalu, selain orisinalitas lagu dan keindahan "tepok" serta tidak menggunakan bahasa Bahasa Indonesia.

Selain puisi "tep onem" kedua grup juga melantun didong tentang filsafat kehidupan, kisah tragedi, perjalanan dan sebagainya.(*)

VIDEO Bikin Merinding, Viral Jamaah Haji Indonesia Sujud Syukur Usai Turun dari Pesawat

VIDEO VIRAL La Gayos Lahir Kembali dan Kini Beranggotakan Anak Muda Gayo Milenial

Zhafira Mahasiswi FKM UMI Meninggal Saat Ikut Pengkaderan, Ada Luka di Pundak, Keluarga Minta Diusut

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved