Haji 2022

Thawaf Wada', Thawaf Perpisahan untuk Bertemu Lagi

thawaf wada' adalah thawaf perpisahan yang menandai penutup seluruh aktivitas ibadah haji selama di Kota Suci sebelum kembali ke Tanah Air

Editor: bakri

WALAUPUN sama-sama berakhiran wada', tetapi thawaf wada' bukanlah haji wada'.

Haji wada' adalah haji pertama sekaligus terakhir yang dikerjakan Nabi.

Sedangkan thawaf wada' adalah thawaf perpisahan yang menandai penutup seluruh aktivitas ibadah haji selama di Kota Suci sebelum kembali ke Tanah Air.

Sebab itulah jumhur ulama mensyaratkan thawaf wada' dilakukan saat detik-detik terakhir keberadaan seseorang di kota Mekkah menjelang bertolak kembali ke kampung halaman.

Sampai-sampai sebagian ulama memakruhkan aktivitas apapun di Mesjidil Haram setelah pelaksanaan thawaf wada'.

Padahal, bagi yang kembali ke Mesjidil Haram tinggal mengulangi thawafnya kembali.

Laporan Mizaj Iskandar dari Saudi Arabia
Laporan Mizaj Iskandar dari Saudi Arabia (FOR SERAMBINEWS.COM)

Ulama juga belum satu kata dalam memberikan status hukum kepada thawaf wada'.

Syafi'i mengatakan wajib haji.

Jika ditinggalkan, wajib bayar DAM.

Baca juga: Tawaf Ifadhah dan Penyematan Gelar Haji

Baca juga: Jamaah Haji Melakukan Tawaf Perpisahan di Masjidil Haram, Robot Pintar Antarkan Al-Quran

Sebaliknya jumhur mengatakan thawaf wada' hanya sebatas sunnah.

Dikerjakan berpahala, ditinggalkan tak berdosa.

Dari sekian rangkaian ibadah haji, mungkin thawaf wada' yang terasa ‘berat’ dikerjakan.

Jamaah haji sadar, thawaf wada' pertanda kalau mereka segera harus berpisah dengan Ka'bah.

Semua kita menyukai pertemuan, tapi tidak ada manusia waras yang menyukai perpisahan.

Sebab itulah dalam tasawuf yang ditekankan saat melakukan thawaf wada' bukan sebatas niat atau doa.

Tetapi bagaimana rasa sedih yang terekspresikan dalam gerak dan bahasa tubuh wujud dalam diri saat melakukan tujuh putaran terakhir.

Thawaf itu sendiri sejatinya merupakan ibadah ekspresi.

Sebab itulah tidak teriwayatkan doa khusus dari Nabi saat melakukan thawaf.

Agar umat bebas mengekspresikan segala keluh kesahnya langsung kepada Tuhan Ka'bah.

Bahasa ekspresi inilah yang teriwayatkan dalam hadis.

Nabi pernah meniru dan mengikuti bacaan seorang Arab Badui (Arab pedalaman) yang melakukan thawaf di depan Nabi.

Padahal Badui itu cuma melafalkan asma' Allah Ya Karim (Yang Mulia).

Tapi dalam penilaian Nabi, bacaan Badui itu keluar tulus dari dalam hati (bi dzahril qalbi), tanda cinta mendalam kepada Ilahi.

Serta merta Nabi menyetop bacaan doa dan zikirnya untuk meniru dan mengikuti bacaan Ya Karim Badui di depannya.

Saat thawaf wada', ekspresi kesedihan mendalam harus dieksploitasi secara maksimal dari dalam diri.

Jangan terjebak dengan bacaan doa semata yang kering ekspresi.

Sehingga aneh jika ada yang melakukan thawaf wada' tapi tidak terasapun getaran berat perpisahan itu dalam jiwa.

Dalam kesedihan itulah doa dihadirkan kepada Tuhan Ka'bah.

Terutama doa untuk tidak menjadikan ini sebagai pertemuan terakhir (Allahumma la taj'al hadza akhirul 'ahdi baitikal haram).

Gerak tubuh juga akan mengikuti apa yang dibacakan dalam doa.

Jangan heran, jika setelah thawaf wada' ditemukan banyak jamaah yang berjalan mundur sambil wajah setia menatapi Ka'bah.

Bentuk ekspresi beratnya perpisahan.

Semoga Allah memanggil kita semua kembali ke tanah suci.

Amin.

Baca juga: Ratusan Anak TKIT di Pidie Ikut Manasik Haji Cilik, Ada Tawaf, Sai hingga Melontar Jumrah

Baca juga: Dilarang Menyentuh Ka’bah dan Hajar Aswad hingga Tak Ada Tawaf Sunat

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved