Haji 2022
Tawaf Ifadhah dan Penyematan Gelar Haji
Sehari setelah saya diantarkan orang tua ke Dayah Jeumala Amal, Luengputu, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, saya dan beberapa santri yang berpeci
Sehari setelah saya diantarkan orang tua ke Dayah Jeumala Amal, Luengputu, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya, saya dan beberapa santri yang berpeci putih dipanggil oleh Drs Tgk Hamdani AR, Kepala Asrama Dayah saat itu (sekarang Direktur Dayah Jeumala Amal).
Di Aceh, peci putih lebih dikenal dengan sebutan peci haji.
Tgk Hamdani meminta kami menganti peci haji yang menutupi kepala kami dengan kopiah hitam.
Sambil berdalih jangan samakan diri kalian dengan mereka yang berhaji.
Mereka menjual harta benda, meninggalkan sanak famili, berjuang sepenuh hati untuk menunaikan ibadah haji.
Sedangkan kalian belum berkontribusi apa pun untuk Islam.
Pesan yang sangat membekas pada diri saya dan juga mungkin yang menyebabkan saya sampai saat ini istiqamah berkopiah hitam meski pun sudah berkali-kali naik haji.
Dua tahun kemudian, saat sedang shalat Jumat di Masjid Al-Falah, Luengputu, tiba-tiba datang beberapa bus yang membawa rombongan Calon Jamaah Haji (CJH) dari Kabupaten Aceh Utara menuju Asrama Haji di Banda Aceh.
Rombongan jamaah itu singgah untuk menunaikan shalat Jumat di Luengputu.
Baca juga: Ratusan Anak TKIT di Pidie Ikut Manasik Haji Cilik, Ada Tawaf, Sai hingga Melontar Jumrah
Baca juga: Jamaah Haji Berbondong-bondong ke Masjidil Haram, Melakukan Tawaf, Sebelum ke Mina
Khatib yang baru saja memulai khutbah, langsung mengubah tema khutbahnya menjadi nasihat haji.
Suasana haru tak terhindari.
Banyak jamaah yang hadir mendoakan tamu Allah, sambil berharap mereka mendapatkan kesempatan yang sama.
Selesai shalat Jumat, masyarakat Luengputu bergotong royong menyiapkan makan siang buat para tamu Allah.
Tanpa ada perintah dan tanpa direncanakan.