Berita Pidie
Mantan Teroris Sapa Santri di Pidie, Aceh, Cerita Pernah Pegang Senjata Hingga Rakit Bom
Ia menjelaskan, Nasir menerima tawaran gratis ke Afghanistan dengan dalih menjadi mujahidin untuk membela agama.
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Nur Nihayati
Ia menjelaskan, Nasir menerima tawaran gratis ke Afghanistan dengan dalih menjadi mujahidin untuk membela agama.
Laporan Muhammad Nazar I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI- Tim Divisi Humas Polri menghadirkan mantan narapidana terorisme Nasir Abbas sebagai narasumber penyampaian materi di hadapan santri di dayah di Pidie, Aceh.
Kegiatan itu dilakukan saat bersilaturrahmi kamtibmas kontra radikal di Dayah Khairuddaraini, Gampong Leun Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, Selasa (26/7/2022)
" Mantan teroris Nasir Abbas menceritakan, bahwa dirinya terjerumus ke dalam kelompok teroris pada umur 16 tahun.
Nasir tertarik dengan teroris setelah bertemu salah satu ustadz yang juga pentolan teroris," kata Kapolres Pidie, AKBP Padli SIK, melalui Kasi Humas, AKP Anwar kepada Serambinews.com, Rabu (27/7/2022)
Ia menjelaskan, Nasir menerima tawaran gratis ke Afghanistan dengan dalih menjadi mujahidin untuk membela agama.
Namun, sesampai di sana Nasir justru disuruh pegang senjata dan merakit bom.
Baca juga: Umar Patek Terpidana Terorisme Akan Bebas Bersyarat pada Agustus 2022
Tak hanya itu, saat Nasir berada di Afghanistan atau Pakistan tidak ada literatur terkait teroris.
Namun, yang ada hanya seruan untuk berjihad dengan berperang.
" Nasir ditawari ke Afghanistan secara gratis. Namun, di sana disuruh berperang. Nasir tidak dapatkan literasi tentang bahaya teroris, yang ada cuma jihad dengan perang," ungkap Anwar mengutii penjelasan mantan napi teroris itu.
Dijelaskan, seiring berjalannya waktu, Nasir mulai berseberangan dengan kelompok radikal, sehingga Nasir memilih taubat dan kembali ke jalan yang benar.
Baca juga: Satu Dari 25 Muslim Uighur Dihukum Dengan Terorisme, Xinjiang Jadi Penjara Terpadat di Dunia
Nasir melakukan itu sebelum dia ditangkap pada tahun 2003.
Dikatakan, Nasir mengaku bertaubat setelah sadar kalau terorisme adalah tindakan yang menyebabkan ketakutan.
Juga kerusakan yang meluas serta bersikap intoleran karena tidak menerima perbedaan.
"Teroris itu bukan jihad. Mereka adalah orang-orang intoleran yang tidak menerima perbedaan," tegas Nasir dalam rilis.
Menurut Nasir doktrin terorisme di Indonesia lebih cenderung mengeksploitasi targetnya melalui ayat suci Qur'an dan memainkan isu-isu Islam garis keras.
Sehingga mantan teroris itu berharap, masyarakat Indonesia harus lebih peka terhadap isu-isu atau ajakan terkait radikalisme.
Selain itu, membantu memberikan pemahaman bahwa negeri ini adalah negara berazaskan pancasila.
"Mari sama-sama kita beri pahaman kepada masyarakat tentang bahaya radikalisme dan paham-paham yang berseberangan dengan pancasila," jelasnya.
Pada akhir pertemuan itu, Nasir memberikan pemahaman tentang pancasila kepada para santri.
Penjelasan detailnya, bahwa pancasila tidak bertentangan dengan Islam.
" Dasar negara kita adalah pancasila. Semuanya telah diatur dalam pancasila. Termasuk tentang kehidupan beragama," pungkasnya. (*)
Baca juga: Densus Tangkap 13 Terduga Teroris di Aceh