Seni Didong

"Didong Morom," Seni Menyampaikan Maaf dalam Irama "Pepongoten"

Dalam pertunjukan Didong Jalu di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta, Sabtu (23/7/2022) malam lalu, mempertandingkan dua grup didong ternama dari Ace

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Ceh Teruna Jaya sedang menyampaikan permohonan maaf dalam irama "pepongoten" di hadapan Ceh Kemara Bujang (membelakangi lensa). Kedua grup ini tampil dalam Didong Jalu di Perpustakaan Nasional Jakarta, Sabtu (23/7/2022). 

Laporan Fikar W Eda l Jakarta

SERAMBINEWS COM, JAKARTA - "Didong morom" atau "didong bersimaapen" merupakan bagian akhir dari rangkaian pertunjukan kesenian rakyat Gayo Didong Jalu.

"Didong morom" atau "didong bersimaapen" adalah ruang puncak bagi kedua grup untuk menyampaikan permohonan maaf dan memberi maaf. Permohonan maaf  dilantunkan oleh Ceh Didong atau penyair didong, dalam irama syahdu, yang dalam khasanah Gayo disebut "pepongoten."

Dalam pertunjukan Didong Jalu di Gedung Perpustakaan Nasional Jakarta, Sabtu (23/7/2022) malam lalu, mempertandingkan dua grup didong ternama dari Aceh Tengah, Teruna Jaya Toweren dan Kemara Bujang juga ditutup dengan "didong morom" atau "didong bersimaapen." Ceh Teruna Jaya  dan Ceh Kemara Bujang  duduk berdampingan dan berhadapan. Lalu secara bergantian menyampaikan permohonan maaf dalam bahasa kiasan dengan irama  "pepongoten."

Kisah LK Ara, Ceh Lakiki Mengarang Didong Gayo Sambil Memejamkan Mata

"Didong morom" adalah tradisi yang melekat dalam pertunjukan didong Jalu. Kedua grup yang bertanding harus menyampaikan maaf dan memberi maaf, setelah selama pertunjukan kedua grup saling "sindir" melalui puisi, yang tak jarang bisa "memerahkan kuping."

Didong Jalu akan Meriahkan Pentas Budaya Gayo, Kesenian Gayo Ini Sudah Tampil di Jakarta Sejak 1961

"Setelah "didong morom" maka semua yang berlangsung sejak awal pertunjukan  harus dilupakan. Tidak boleh dimasukkan ke hati. Semua bersih. Bahwa didong adalah kesenian saja," komentar Pak Udin Musara, Ceh senior yang malam itu sebagai dewan juri. Ceh dalam terminologi didong Gayo adalah penyair yang melantunkan puisi didong dalam pertunjukan Didong Jalu.

Didong Jalu di Gedung Perpustakaan Nasional diselenggarakan Musara Gayo Jakarta bekerjasama dengan Pemkab Aceh Tengah dan Perpustakaan Nasional. Kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai bentuk pelestarian budaya Gayo. Selain Didong Jalu juga digelar pameran UMKM, Bazar Kuliner, Dialog Pembangunan dan Pentas Puisi Doani Kupi bersama penyair Indonesia. Seluruh rangkaian kegiatan dipusatkan di Gedung Perpustakaan Nasional.(*)

Rafli Sosialisasi Stop Narkoba Lewat Panggung Kreatif Syair Puleh

Siswa SMAN Abdya Dibekali Pemahaman Tentang Narkoba

Sosok AKBP Syuhaimi, Puluhan Tahun Merantau, Kini Berhasrat Majukan Kampung Halamannya Aceh Singkil

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved