Satu Jam Bersama Diaspora
VIDEO Cerita Sufrisa Ketika Tsunami Melanda, Wanita Asal Peukan Bada di Belanda
Bencana tersebut turut dirasakan oleh Sufrisa, gadis kelahiran Peukan Bada Aceh Besar 08 Januari 1996.B
SERAMBINEWS.COM - Tsunami Aceh 2004 silam mengisahkan banyak hal, kenangan bencana tersebut abadi bagi mereka yang menyaksikan langsung kedahsyatan amukan lautan menghempas daratan sampai menyapu semua di hadapannya.
Bencana tersebut turut dirasakan oleh Sufrisa, gadis kelahiran Peukan Bada Aceh Besar 08 Januari 1996.
Ketika Tsunami melanda, ia masih berusia 8,5 tahun.
Sufrisa merupakan anak dari seorang nelayan, meski demikian ia telah beberapa kali diliput oleh media Barat karena kecerdasannya dalam bersajak.
Diceritakannya, Tsunami Aceh 2004 silam telah mengambil kedua orang tuanya, jenazah ibu ditemukan 51 hari setelah gelombang menghempas sedangkan ayahnya tidak pernah ditemukan lagi.
Hari Minggu itu, saat gempa menguncang Aceh, Alm Ibu Sufrisa dalam keadaan berwudhu, termenung karena bumi bergejolak.
Sufrisa bersama kakak mengajak ibu untuk ikut serta melarikan diri, naik truk pergi mengungsi, namun sang ibu menolak karena ingin menunaikan shalat Dhuha.
Setelah perpisahan itu, ia tidak bisa melihat lagi ibu shalat dhuha, maupun mendengar suara ibu melantunkan Ayat Suci Alquran.
Syedara Lon, simak kisah gadis Aceh Sufrisa yang saat ini telah menetap di Belanda dalam Program Satu Jam Bersama Diaspora dengan tema "Kisah Gadis Peukan Bada Korban Tsunami Aceh Menikah dengan Pria Kebangsaan Polandia di Belanda."
Dipandu Editor Serambi on TV Syamsul Azman, Rabu (27/7/2022), pukul 20.30 WIB.
Editor: Syamsul Azman