Berita Banda Aceh
433 Jamaah Umrah Berangkat via Medan, Berharap Penerbangan Langsung dari Aceh Segera Terwujud
Sebelum menuju ke Jeddah menggunakan maskapai Lion Air, para jamaah terlebih dahulu transit di Embarkasi Bandara Internasional Kualanamu
Namun untuk keberangkatan selanjutnya, kami tidak memfasilitasi penerbangan domestik melalui Bandara SIM menuju Kualanamu pulang pergi dikarenakan tingginya harga penerbangan yang memberatkan jamaah umrah,” kata Ricky.
Untuk selanjutnya, pihaknya hanya menerima jamaah umrah di Kualanamu saja, sedangkan keberangkatan menuju Bandara Kualanamu dilakukan oleh penyelenggara umrah via darat.
Oleh karena itu, pihaknya berharap kedepan Bandara SIM dapat segera membuka kembali layanan penerbangan umrah langsung ke Jeddah atau Madinah tanpa harus transit melalui kota lain.
Harapan serupa juga disampaikan Ketua dan Presidium Kesatuan Travel Umrah dan Haji Aceh (KATUHA), Tgk H Mahfudz Ahmad Makam.
Dia sangat mengharapkan legislator DPR dan DPD RI asal Aceh, Pemerintah Aceh, serta DPRA untuk mendesak dan meyakinkan Pemerintah Pusat agar dapat segera membuka penerbangan umrah langsung melalui Bandara SIM, tanpa harus transit melalui Bandara Kualanamu.
Aceh dikatakannya, punya Qanun Nomor 5 Tahun 2020 tentang Haji dan Umrah yang mengatur tentang penerbangan langsung dari Aceh menuju Saudi Arabia.
“Sangat disayangkan jika qanun tersebut tidak dapat diterapkan sesegera mungkin untuk penerbangan umrah pada musim 1444 H ini,” ujarnya.
Jika penerbangan internasional masih dilarang, pihaknya mengharapkan, minimal agar penerbangan umrah saja yang dibuka layaknya penerbangan haji.
"Dampak yang ditimbulkan dari penerbangan transit ini cukup kompleks dan rumit.
Misalnya terjadinya penambahan biaya yang dibebankan kepada jamaah akibat waktu transit lama di Medan, waktu tempuh yang jauh apalagi jika menggunakan kendaraan darat, biaya menginap hotel di Medan, konsumsi dan berbagai komponen pengeluaran lainnya yang secara total hampir mendekati Rp 3 juta per jamaah,” sebutnya.
Selain itu, dari sisi efektifitas dan efisiensi serta perputaran ekonomi, Aceh menurutnya sangat dirugikan dengan kebijakan ini.
“Dan satu lagi pertanyaan yang saya ingin tanyakan kepada Pemerintah Aceh, kenapa selain Bandara Kuala Namu, Bandara di Batam dan Kepulauan Riau yang notabene penduduknya lebih sedikit dari Aceh tapi bisa melayani penerbangan internasional?” cecarnya.
Sementara Direktur PT Al Misbah Tour Travel, Abi Ashabani yang juga ikut dalam rombongan, menyampaikan bahwa pihaknya sangat kecewa kepada Pemerintah Aceh yang masih belum membuka penerbangan melalui Bandara SIM.
Padahal mereka sudah mempromosikan jauh-jauh hari kepada jamaah bahwa keberangkatan jamaah umrah asal Aceh adalah terbang langsung menuju Madinah seperti program yang dijalankan sebelum pandemi.
Dampak yang ditimbulkan, sambung dia, ada jamaah yang mengundurkan diri dan melakukan mosi tidak percaya sehingga pihaknya mengalami kerugian secara moril dan materil.