Internasional
Angka Perceraian di Timur Tengah Tinggi, Ini Daftar Negara Dengan Angka Tertinggi
Globalisasi mengubah sebagian besar aspek kehidupan modern, sifat keluarga dan kehidupan keluarga tidak lagi seperti 10 tahun lalu.
SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Globalisasi mengubah sebagian besar aspek kehidupan modern, sifat keluarga dan kehidupan keluarga tidak lagi seperti 10 tahun lalu.
Tekanan dan ketegangan yang biasa terjadi pada pernikahan telah diperparah oleh tren yang berkembang dari orang-orang yang pindah dari negara asal mereka untuk mencari penghidupan lebih baik.
Dilansir Arab News, Minggu (11/9/2022), dunia Arab tidak terhindari dari perubahan sosial ekonomi ini.
Hal itu terlihat dengan meningkatnya jumlah pasangan yang memilih untuk berpisah di beberapa negara Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sebuah studi baru-baru ini oleh Pusat Pendukung Informasi dan Keputusan Kabinet Mesir menemukan Kuwait, Mesir, Jordania dan Qatar menjadi negara Arab dengan tingkat perceraian tertinggi.
Di Kuwait, 48 persen dari semua pernikahan berakhir dengan perceraian, 40 persen di Mesir, 37,2 persen di Yordania, 37 persen di Qatar, dan 34 persen di UEA dan Lebanon.
Baca juga: Wakil Ketua Komisi II DPRK: Efek Judi Online Picu Tingginya Perceraian di Aceh Besar
“Pada beberapa hari, kami mendapat 16 kasus perceraian di pengadilan ini saja,” kata Sheikh Wassim Yousef Al-Falah, seorang hakim Syariah di pengadilan agama Beirut kepada Arab News.
“Meningkatnya angka perceraian adalah fenomena yang belum pernah kami lihat sebelumnya, meskipun kami tidak mendukung perceraian dan fokus pada rekonsiliasi.”
Para ahli percaya tren ini telah didorong oleh kombinasi tekanan ekonomi, norma-norma sosial yang berkembang, reformasi hukum dan, di atas segalanya, perubahan peran perempuan.
“Perempuan tidak lagi merasa membutuhkan laki-laki,” kata Al-Falah.
“Banyak istri telah berdiri di depan pengadilan saya, menolak penyelesaian apapun dengan suaminya karena merasa mampu mandiri dan tidak ingin laki-laki mengendalikan hidup mereka,” ujarnya.
Melalui sebagian besar sejarah, terutama di antara budaya yang lebih konservatif di dunia Arab, tempat perempuan telah lama dianggap di rumah.
Baca juga: Anggota DPRK Abes Minta Regulasi Qanun Ketahanan Keluarga Diperkuat Demi Tekan Angka Perceraian
Dengan tugas mengurus kebutuhan keluarga, dan kerabat laki-laki belajar dan bekerja.
Sekarang, ketika negara-negara Arab memodernisasi ekonomi dan mereformasi sistem hukum, perempuan menjadi lebih mandiri.
Seperti mengejar pendidikan tinggi, maju dalam karir dan memilih untuk menikah dan memiliki anak di kemudian hari.
Akibatnya, wanita Arab telah mengembangkan kesadaran yang lebih tajam tentang hak-hak sipil, ambisi pribadi, dan harga diri mereka.
Mereka semakin menolak untuk menoleransi kekerasan dalam rumah tangga dan mampu menghidupi diri mereka sendiri secara finansial.(*)
Baca juga: Dosen IAI Al-Aziziyah Lahirkan Buku Problematika Gugatan Perceraian dalam Masyarakat Islam