BBM Subsidi
11 SPBN di Aceh Minta Pertamina Tambah Kuota BBM Subsidi Bio Solar
Aliman mengatakan, di Aceh ada 15 SPBN yang tersebar di berbagai daerah. Dalam rapat koordinasi DKP Aceh Rabu kemarin, sebanyak 11 pegusaha SPBN hadir
Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Herianto I Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sebanyak 11 Pengusaha Stasiun Pompa Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di Aceh yang hadir dalam rapat koordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, pada hari Rabu (14/9) terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bio solar subsidi di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh di Kompleks Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaradja Lampulo, Kota Banda Aceh, mengeluhkan suplai minyak bio solar ke SPBN nya yang sering terlambat dan kuotanya juga sudah jauh di bawah kebutuhan boat tangkap ikan nelayan.
“Semua pengusaha SPBN yang hadir dalam rapat koordinasi terkait kenaikan harga BBM subsidi jenis bio solar itu minta Pertamina tambah kuota BBM subsidi bio solar, 100 persen dari kuota lamanya,” kata Kadis Kelautan dan Perikanan Aceh, Ir Aliman MSi, dalam press rilis yang disampaikannya kepada Serambinews.com, Kamis (15/9) di Banda Aceh.
• Dilahap si Jago Merah, Jatah BBM Subsidi, sampai Sapi di Jantho - LIVE UPDATE ACEH KAMIS (15/9/2022)
Aliman mengatakan, di Aceh ada 15 SPBN yang tersebar di berbagai daerah. Dalam rapat koordinasi DKP Aceh Rabu kemarin, sebanyak 11 pegusaha SPBN hadir dan mereka semuanya menyampaikan keluhan suplai BBM subsidi jenis bio solarnya sering terlambat.
Selain itu, kuota BBM subsidi jenis bio solarnya tidak pernah ditambah Pertamina, kendati setiap tahun DKP Kabupaten setempat bersama nelayannya menyurati dan mendatangi kantor Pertamina setempat maupun provinsi, tapi kuota BBM subsidinya untuk SPBN dan boat nelayan tidak ditambah.
• Ingin Peroleh Surat Rekomendasi Beli BBM Subsidi untuk Nelayan di Pijay, Catat Ini Tiga Syaratnya
Ermisal, seorang pengelola SPBN Koperasi Perikanan Refca di PPI Ujong Serangga Abdya dalam rakor dengan DKP Aceh, Rabu (14/9) kemarin menyampaikan , kuota BBM subsidi solar yang diberikan Pertamina kepada SPBN Koperasi Perikanan Refca PPI Ujong Seranga sebanyak 80 KL/bulan.
Kuota 80 KL per bulan itu, ungkap Emisal, diberikan sejak tahun 2014, sampai tahun 2022, sudah berjalan 8 tahun, tidak pernah ditambah, padahal jumlah boat tangkap ikan nelayan kapasitas 30 GT ke bawah, yang bermarkas di PPI Ujong Serangga ABDYA, setiap tahun bertambah 5 – 10 unit. Selama delapan tahun ada 80 unit boat tangkap ikan yang bertambah, tapi Pertamina masih tetap menggunakan kuota BBM subsidi untuk SPBN PPI Ujong Serangga, Abdya sebanyak 80 KL/bulan.
Akibat kuota BBM subsidi sudah selama delapan tahun tidak pernah di tambah Pertamina, ungkap Emisal, antrean boat tangkap ikan nelayan di PPI untuk mendapatkan BBM subsidi saat ini, semakin panjang menjadi, 7 – 8 hari.
“Bayangkan, kalau satu unit boat tangkap ikan nelayan harus mengantre untuk dapatkan solar BBM subsidi 8 hari, dalam satu bulan ia hanya bisa melaut 4 kali, bagaimana anak dan istri serta keluarga nelayan bisa sejahtera,“ ujar Ermisal.
Keluhan yang sama juga disampaikan Sri Dewi, Direktur SPBN Muara Batu, Aceh Utara mengatakan, kuota BBM subsidi yang diberikan Pertamina untuk SPBM Muara Batu Aceh Utara berkisar 72 KL, atau 16 KL per minggu di kirim. Kuota 72 Kl per bulan yang diberikan itu, sudah berjalan 5 tahun lebih.
Sementara itu, kata Sri Dewi, jumlah boat nelayan yang bermarkas di PPI Muara Batu, bertambah 7 – 15 unit/tahun, karena Pertamina tidak pernah menambah kuota BBM subsidinya untuk boat tangkap ikan di PPI Muara batu, kendati sudah berulang kali disurati, “ sehingga antrean boat nelayan di PPI Muara Batu untuk mendapatkan solar subsidi saat ini mencapai 4 hari lamanya,” ujar Sri Dewi.
Aliman mengatakan, selain pengelola SPBN dari Abdya dan Aceh Utara yang mengeluhkan boat nelayannya harus antrean 4 – 8 hari untuk mendapatkan BBm subsidi solar itu, sembilan pengelola SPBN lainnya dari berbagai daerah di Aceh menyampaikan keluhan yang sama.
Para pengusaha SPBN itu menyarankan dalam rakor dengan DKP Aceh, pada rabu kemarin, paska kenaikan BBm subsidi bio solar dari Rp 5.150/liter menjadi Rp 6.800/liter atau sebesar 32 persen lebih, seharusnya Pertamina menambah kuota BBM subsidinya untuk SPBN sekitar dua kali lipat dari kuota lama yang diberikan.
Alasannya untuk menurunkan masa antrean solar boat-boat nelayan di Aceh yang mau melaut, terutama yang kapasitasnya di bawah 30 GT. Jumlah boat tangkai ikan nelayan kapasitas dibawah 30 GT, sekarang ini hampir mencapai 100 unit setiap PPI.
“Boat tangkap ikan nelayan itu memang tidak setiap hari pergi melaut, tapi dalam satu minggu dua kali, kalau harus antre BBM masa antrenya antara 4 – 8 hari, berarti peluang mereka untuk bisa pergi melaut hanya ada 4 kali dalam satu bulan. Kalau ada badai di laut, peluang melautnya tinggal 2 kali dalam satu bulan, sementara anak istrinya harus makan setiap hari,” ujar pengelola SPBN dari Aceh Timur dan Aceh Singkil.
Kadis Kelautan dan Perikanan Aceh Aliman mengatakan, pihaknya sangat prihatin mendengar keluhan 11 pengusaha SPBN di daerah yang boat nelayannya harus antre 4 – 8 hari untuk mendapatkan BBM subsidi.
“Hasil pertemuan dengan 11 Pengelola SPBN di daerah ini, akan kita sampaikan ke Pertamina Aceh dan Pusat, supaya mereka tergerak hatinya untuk menambah kuota BBM subsidi untuk SPBN seluruh Aceh,” ujar Aliman.(*)
• Polisi Korea Selatan Tangkap Seorang Ibu Penyimpan Dua Anak Sampai Meninggal Dalam Koper
• Murid TKIT Azkiya Gelar Fieldtrip dengan Damkar Bireuen
• Tanggapi Kenaikan Harga BBM, Megawati: Kalau Tidak Dinaikkan Malah Lebih Sulit