Kisah Suami Istri Tewas Saat Kerusuhan Laga Arema vs Persebaya, Sang Anak Usia 11 Tahun Selamat

Pasangan suami istri (Pasutri) Aremania turut menjadi korban tragedi kerusuhan suporter pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabt

Editor: Faisal Zamzami
SURYA/PURWANTO
Sejumlah suporter Arema FC, Aremania menggotong korban kerusuhan sepak bola usai laga lanjutan BRI Liga 1 2022/2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. 

Awalnya, terdapat dua suporter turun ke lapangan. Kemudian polisi menghalau massa yang turun menggunakan gas air mata.

"Awalnya gas air mata di lapangan dulu. Kemudian (ditembak) ke arah tribun pintu 12, saya sama lainnya di pintu 14, gas air matanya kena angin kan jadi nyebar," katanya.

Doni mengungkapkan, di wilayah RT-nya ada sekitar 20 warga yang menonton pertandingan derbi Jatim pada kesempatan itu. 

Bahkan, ada dua anak kecil lainnya yang ikut selain anak almarhum.

"Alhamdulillah selamat semua, tiga anak kecil. Termasuk anak saya laki masih 10 tahun sama yang perempuan tetangga umurnya hampir sama. Anak saya, saya tolong sampai buka pagar pembatas tribun yang di samping-samping mas," katanya.

Baca juga: 11 Tragedi Sepak Bola yang Menghilangkan Nyawa Banyak Orang, Laga Arema FC Vs Persebaya Peringkat 2

Saksi Selamat Mengisahkan Detik-detik Kericuhan Kanjuruhan Malang dari Dalam hingga Luar Stadion

Pertandingan lanjutan Liga 1 2022/2023 yang antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) kemarin memakan ratusan korban jiwa.

Insiden ini dipicu dari penonton yang berbondong-bondong turun ke lapangan, hingga respons petugas pengamanan terkait kejadian tersebut.

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta mengatakan selama pertandingan berlangsung tak ada masalah. Namun, permasalahan terjadi usai pertandingan berakhir.

"Penonton kecewa melihat tim Arema FC kalah. Apalagi ini sebelumnya Arema FC tidak pernah di kandang sendiri melawan Persebaya dalam beberapa tahun terakhir," jelas Kapolda dikutip dari Breaking News di Kompas TV, Minggu (2/10).

Nico melanjutkan para pendukung Arema turun ke lapangan untuk meminta penjelasan kepada tim karena kalah.

"Mereka bermaksud menanyakan ke pemain dan official kenapa sampai kalah (melawan Persebaya)," tutur Kapolda.

Kepolisian akhirnya memutuskan untuk menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang sudah memadati lapangan.

Akibatnya, para suporter berlarian menuju ke salah satu titik di Pintu 12, Stadion Kanjuruhan. Suporter yang panik membuat area itu mengalami penumpukan. 

"Saat terjadi penumpukan itulah banyak yang mengalami sesak napas," lanjut Nico.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved