Internasional

Presiden Iran Serukan Persatuan Nasional, Redam Kemarahan Warga Atas Kematian Mahsa Amini

Presiden Iran Ebrahim Raisi, Selasa (4/10/2022) menyerukan persatuan nasional. Raisi berusaha meredakan demonstrasi yang meluapkan kemarahan atas

Editor: M Nur Pakar
AFP
Presiden Iran Ebrahim Raisi 

Para saksi melaporkan pertemuan spontan di seluruh negeri yang menampilkan tindakan pembangkangan kecil.

Seperti pengunjuk rasa meneriakkan slogan dari atap rumah, memotong rambut dan membakar jilbab yang diamanatkan negara. .

Harian Kayhan garis keras pada Selasa (4/10/2022) mencoba mengecilkan skala gerakan.

Dia mengatakan anti-revolusioner, atau mereka yang menentang Republik Islam merupakan minoritas mutlak, mungkin hanya berjumlah 1 persen.

Namun surat kabar garis keras lainnya, harian Jomhuri Eslami, meragukan klaim pemerintah, negara-negara asing harus disalahkan atas kekacauan di negara itu.

Baca juga: Iran Terus Tindak Keras Demonstran Anti-Pemerintah, Uni Eropa Siapkan Sanksi Baru

“Baik musuh asing maupun oposisi domestik tidak dapat membawa kota ke dalam keadaan kerusuhan tanpa latar belakang ketidakpuasan,” bunyi editorialnya.

"Penyangkalan fakta ini tidak akan membantu," tulis harian itu.

Pasukan keamanan Iran telah berusaha untuk membubarkan demonstrasi dengan gas air mata, pelet logam, dan dalam beberapa kasus tembakan langsung, kata kelompok hak asasi.

TV pemerintah Iran melaporkan konfrontasi kekerasan antara pengunjuk rasa dan polisi telah menewaskan 41 orang.

Tetapi kelompok hak asasi manusia mengatakan jumlahnya jauh lebih tinggi.

Tindakan keras yang meningkat terhadap pers, dengan puluhan jurnalis ditangkap dalam beberapa minggu terakhir, telah melumpuhkan sebagian besar pelaporan independen.

Namun, hilangnya dan kematian seorang gadis berusia 17 tahun di Teheran baru-baru ini telah memicu kemarahan di media sosial Iran.

Baca juga: Arab Saudi Kecam Keras Iran, Ancam Keamanan dan Stabilitas Irak

Nika Shahkarami, yang tinggal di ibu kota bersama ibunya, menghilang pada suatu malam bulan lalu selama protes di Teheran, kata pamannya Kianoush Shakarami kepada kantor berita semi-resmi Tasnim.

Dia hilang selama seminggu sebelum tubuhnya yang tak bernyawa ditemukan di jalan Teheran dan dikembalikan ke keluarganya.

Tasnim melaporkan kerabat belum menerima kabar resmi tentang bagaimana dia meninggal.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved