Derita Korban Kanjuruhan Terkena Gas Air Mata: Mata Merah, Trauma hingga Ada yang Setengah Lumpuh
Mata merah dampak dari penggunaan gas air mata kedaluarwa jadi bukti betapa mengerikannya tragedi Kanjuruhan.
SERAMBINEWS.COM - Tragedi kanjuruhan menyisakan trauma bagi korbannya.
Tak hanya itu, sebanyak 131 nyawa juga melayang dalam tragedi tersebut.
Korban yang selamat juga mengalami sejumlah masalah kesehatan karena terkena gas air mata.
Akibat gas air mata kedaluwarsa banyak Aremania menderita mata merah.
Mata merah dampak dari penggunaan gas air mata kedaluarwa jadi bukti betapa mengerikannya tragedi Kanjuruhan.
Setidaknya itulah yang dijumpai pada korban yang didominasi dari Aremania alias pendukung tim Arema FC.
Pernyataan polisi bahwa gas air mata kadaluarsa yang ditembakkan ke suporter arema saat tragedi Kanjuruhan efek kimianya berkurang, mendapat reaksi keras Aremania.
Aremania menantang polisi mencoba sendiri gas air mata kadaluarsa itu dalam kondisi yang sama ketika tragedi Kanjuruhan terjadi.

Seperti diketahui, sebelumnya Kadiv Humas Mabes Polri Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo mengakui gas air mata yang ditembakkan saat tragedi Kanjuruhan itu sudah kadaluarsa sejak tahun 2021.
"Ya ada beberapa yang diketemukan ya. Yang tahun 2021, ada beberapa ya," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan pada Senin (10/10).
Dedi Prasetyo menjelaskan gas air mata memasuki masa kedaluwarsa, maka kadar zat kimianya justru semakin menurun.
"Jadi kalau sudah expired justru kadarnya dia berkurang zat kimia, kemudian kemampuannya juga akan menurun," kata Dedi.
"Kalau makanan ketika kedaluarsa makanan itu ada jamur ada bakteri yang bisa mengganggu kesehatan. Kebalikannya dengan zat kimia atau gas air mata ini, ketika dia expired justru kadar kimianya berkurang," kata dia.

Terkait hal ini, Rafi Maulana, salah satu Aremania meminta polisi mencobanya.
"Kalau memang gas air mata tidak mematikan, ya monggo dicoba dalam keadaan yang sama,"