Pojok UMKM
Perajin Tahu di Aceh Minta Harga Kedelai Dikendalikan
Kenaikan harga kacang kedelai di atas Rp 13.000/kg, membuat perajin tahu dan tempe di Aceh kian sulit.
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kenaikan harga kacang kedelai di atas Rp 13.000/kg, membuat perajin tahu dan tempe di Aceh kian sulit.
Harga kedelai saat ini dinilai sudah tidak ekonomis lagi. Zikra, perajin tempe dan tahu Soy Bean yang beralamat di Gampong Tanjong, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, menyatakan, harga kedelai saat ini sudah mencapai Rp 13.900/kg.
Angka itu melonjak 131 persen jika dibanding periode yang sama pada 2019 lalu, dimana saat itu harga kedali masih sekitar Rp 6.000-an/kg Menurutnya, jika dihitung secara bisnis, harga kedelai saat ini sudah tak ekonomis lagi bagi perajin tahu dan tempe. Masih bertahannya perajin memproduksi tahu dan tempe, kata Zikra, karena Kemenkop UKM, masih melanjutkan program bantuan subsidi harga kedelai Rp 1.000/kg.
Program subsidi harga kedelai itu, menurut Zikra, sangat membantu perajin. Namun jika harga kedelai terus naik dan di atas Rp 15.000/kg, meski ada subsidi harga dari pemerintah, usaha tempe dan tahu, sudah kurang ekonomis.
Disebutkan, harga kedelai seperti sekarang ini, Rp 13.900/kg saja, ia harus menguras kocek dalam, hingga Rp 10,4 juta untuk membeli 15 sak kedelai, yang akan dijadikan bahan baku membuat tahu. Kedelai sebanyak itu, katanya, baru untuk bahan baku tahu saja.
Sementara untuk tempe, masih dibutuhkan 10 sak lagi, dengan nilai Rp 6,9 juta. “Pada tahun 2019, untuk membeli 10 sak kedelai saya hanya mengeluarkan dana Rp 3 juta. Saat itu harga kedelai sekitar Rp 6.000/kg,” terangnya.
Zikra mengatakan, upaya untuk mengatasi kenaikan harga kedelai yang sudah sangat tinggi, pihaknya sudah mengurangi ukuran tempe dan tahu, serta sedikit menaikkan harga. Kalau harga kedelai terus melonjak, Zikra tak tahu strategi apa yang harus mereka lakukan lagi. Karena upaya untuk mempertahakan usaha, agar tetap berproduksi, sudah dilakukan secara maksimal, dengan mengurangi ukuran produk, efeisiensi biaya produksi dan sedikit menaikkan harga jual.
Saat ini, kata Zikra, pihaknya hanya bisa memohon kepada pemerintah untuk dapat mengendalikan harga kedelai impor tidak sampai di atas Rp 15.000/kg. Kalau harganya sudah di atas itu, bakal banyak perajin tahu dan tempe, yang terpaksa harus stop usaha sementara, menunggu harga kedelai kembali di bawah Rp 10.000/kg.
Kadis Koperasi dan UKM Aceh, Azhari SAg MSi didampingi Kasi Pelayanan Infoirmasi dan Usaha PLUT UMKM Andri Sufrianzah mengatakan, untuk membantu perajin tempe dan tahu agar tetap berproduksi, KemenkopUKM sudah memprogramkan pemberian bantuan subsisi harga sebesar Rp 1.000/kg.
Program ini sudah diluncurkan sejak Maret-Juli 2022. Kemudian stop beberapa bulan, setelah harga kedelai impor naik lagi, program subdisinya kembali dilanjutkan mulai Oktober – Desember 2022.
“Kita berharap, sambil menunggu ada kebijakan lain dari pusat, atas pelaksanaan program subsidi harga kedelai, perajin tempe dan tahu di Aceh yang berstatus UKM, bisa bertahan,” pungkasnya.(*)