Elon Musk Usul Akun Centang Biru Twitter Bayar Rp120.000 per bulan
Musk menambahkan, akun terverifikasi akan punya fitur "prioritas" dalam membalas dan mencari posting, yang Musk sebut "penting untuk mengalahkan spam/
Musk mencoba membuat tenang dengan meyakinkan bahwa Twitter tidak akan menjadi "neraka jahanam yang bebas untuk semua", dan mengumumkan pembentukan dewan moderasi konten.
Baca juga: Elon Musk Resmi Akuisisi Twitter, CEO Parag Agrawal dan Petingginya Langsung Dipecat
Berani Beli Twitter Rp 682 Triliun, Terungkap Sumber Uang Elon Musk
Demi mengambil alih Twitter, Elon Musk membayar dana senilai US$44 miliar atau setara Rp682 triliun.
Dana itu, digali dari berbagai macam sumber, antara lain dari aset pribadinya sendiri, dana investasi, dan pinjaman bank.
Berapa banyak? Dari sumber mana saja dana itu berasal, dan uang siapa saja yang digunakan? Berikut perinciannya, seperti dikutip dari laporan Straits Times, Jumat (28/10/2022).
Uang Musk sendiri
Pada awalnya, bos Tesla dan SpaceX ini ingin agar uang pribadinya yang terpakai, tidak lebih dari US$ 15 miliar atas kesepakatan pembelian Twitter senilai US$ 44 miliar atau Rp682 triliun.
Sebagian besar dari US$44 miliar itu, yakni sekitar US$12,5 miliar, ditetapkan berasal dari pinjaman yang didukung oleh sahamnya di Tesla, yang berarti Elon tidak harus menjual saham itu.
Pada akhirnya, Musk meninggalkan ide pinjaman dan memberikan lebih banyak dana tunai.
Pria berusia 51 tahun itu akhirnya menjual saham Tesla senilai US$15,5 miliar dalam dua gelombang, bulan April dan bulan Agustus.
Pada akhirnya, miliarder kelahiran Afrika Selatan itu secara pribadi akan mengeluarkan sedikit lebih dari US$27 miliar tunai dalam transaksi tersebut.
Dan yang terpenting, Musk, yang menurut majalah Forbes bernilai sekitar US$220 miliar, sebelumnya sudah memiliki 9,6 persen saham Twitter.
Dana investasi
Jumlah total kesepakatan senilai US$44 miliar itu, senilai US$5,2 miliar bersumber dari kelompok investasi dan dana besar lainnya, termasuk dari Larry Ellison, salah satu pendiri perusahaan perangkat lunak Oracle, yang menulis cek senilai US$1 miliar sebagai bagian dari kesepakatan.
