Internasional

Pasukan Keamanan Iran Kembali Tembak Mati Tiga Demonstran, Korban Tewas Diduga Capai 1.515 orang

Anggota pasukan keamanan Iran kembali menembak mati tiga demonstran pada Selasa (15/11/2022).

Editor: M Nur Pakar
AFP
Seorang wanita muda terlihat berdiri di atap mobil tanpa jilbab untuk melihat kerumunan manusia dan kendaraan di Provinsi Kudistan, Iran, Rabu (26/10/2022). 

SERAMBINEWS.COM, TEHERAN - Anggota pasukan keamanan Iran kembali menembak mati tiga demonstran pada Selasa (15/11/2022).

Sebuah kelompok hak asasi manusia (HAM) Iran melaporkan demonstrasi yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini meledak pada peringatan penumpasan berdarah 2019.

Para demonstran menanggapi seruan untuk memperingati mereka yang terbunuh dalam penumpasan 2019.

Sekaligus, memberikan momentum baru pada demonstrasi yang dipicu oleh kematian Amini yang berusia 22 tahun pada pertengahan September 2022.

Di Teheran, hiruk pikuk klakson mobil bergema saat pengunjuk rasa memblokir bundaran utama di Lapangan Sanat dan meneriakkan "Kebebasan, kebebasan," menurut rekaman terverifikasi lainnya.

Orang-orang kemudian turun ke jalan-jalan di kota-kota lain, termasuk Bandar Abbas dan Shiraz, di mana para wanita terlihat melambai-lambaikan jilbab di atas kepala mereka.

Baca juga: Pengadilan Iran Akan Sikat Habis Perusuh, Demonstrasi Anti-Pemerintah Terus Berlanjut

Saat kegelapan turun, lebih banyak orang muncul di jalan-jalan ibu kota.

Beberapa dari mereka berkumpul di sekitar api unggun dan meneriakkan "Matilah diktator," menurut monitor media sosial 1500tasvir.

"Pasukan pemerintah telah melepaskan tembakan di sebagian besar kota tempat pemberontakan terjadi, Sanandaj, Kamyaran dan Kermanshah," lapor Hengaw.

Kelompok HAM yang berbasis di Norwegia itu kepada AFP, Rabu (16/11/2022) melaporkan tiga orang telah tewas, dua di Sanandaj dan satu di Kamyaran.

Dikatakan, korban tewas akibat tembakan langsung dari pasukan pemerintah ke arah demonstran.

Ditambahkan, pihaknya sedang bekerja untuk mengkonfirmasi laporan bahwa lebih banyak demonstran tewas.

Baca juga: Iran Tangkap Penyiar TV Oposisi Berbasis di London Saat Berusaha Melarikan Diri dari Teheran

Kantor Hak Asasi Manusia PBB meminta Iran untuk segera membebaskan ribuan orang yang ditangkap karena mengikuti demonstrasi damai.

"Alih-alih membuka ruang dialog tentang keluhan yang sah, pihak berwenang menanggapi protes yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan kekerasan yang meningkat," kata juru bicara Jeremy Laurence kepada wartawan di Jenewa.

"Tahun ini menjadi tahun berdarah, Seyed Ali akan digulingkan," teriak kerumunan besar di luar stasiun metro Teheran, dalam sebuah video yang diverifikasi oleh AFP.

Hal itu mengacu pada pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Pekerja menjatuhkan peralatan dan mahasiswa memboikot kelas di provinsi asal Amini Kurdistan, di Iran barat, kata Hengaw.

Di kota Sanandaj, provinsi yang rawan konflik, demonstran terlihat membakar ban di jalan dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah, dalam rekaman online lainnya.

Baca juga: Dua Bersaudara Asal Iran Didakwa di Swedia, Dituduh Sebagai Mata-Mata Rusia

“Perempuan, kehidupan, kebebasan” dan “Laki-laki, tanah air, kemakmuran,” teriak mahasiswa laki-laki dan perempuan di Universitas Islam Azad di kota barat laut Tabriz.

Protes pada Selasa menandai ulang tahun ketiga dimulainya "Bloody Aban" atau November Berdarah.

Dimana, terjadi kenaikan harga bahan bakar semalam yang mengejutkan memicu kekerasan jalanan berdarah yang berlangsung selama berhari-hari.

Amnesty International mengatakan sedikitnya 304 orang tewas selama protes.

Tetapi berbagai kelompok hak asasi manusia mengatakan bukti ahli menunjukkan jumlah korban kemungkinan jauh lebih banyak, mungkin mencapai 1.515 orang.

Kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo pada Sabtu (12/11/2022) mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan 326 orang, termasuk 43 anak-anak dan 25 wanita.

Kerusuhan itu dipicu oleh kemarahan atas aturan berpakaian bagi perempuan.

Baca juga: Iran Gempur Kelompok Kurdi di Irak Utara, Lepaskan Rudal dan Drone Mematikan Kamikaze

Namun telah berkembang menjadi gerakan luas melawan teokrasi yang telah memerintah Iran sejak Revolusi Islam 1979.

Itu tidak menunjukkan tanda-tanda mereda meskipun pihak berwenang menggunakan kekuatan mematikan.

Bahkan, kampanye penangkapan massal yang telah menjerat para aktivis, jurnalis dan pengacara.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved