Kasus Polio di Pidie
Kadiskes Aceh Angkat Bicara, Sebut Ini Jenis Virus Polio yang Ditemukan pada Anak di Pidie
Kemudian lanjut dia, korban dilakukan pemeriksaan laboratorium pada spesimen tinja dilakukan di laboratorium Prof Sri Oemjati, BKPK Kementerian Keseha
Penulis: Indra Wijaya | Editor: Ansari Hasyim
Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Kesehatan Aceh angkat suara terkait temuan kasus polio di Pidie.
Diketahui, kasus polio ditemukan pada seorang bocah AK (7) yang mengalami sakit demam sejak 6 Oktober, kemudian muncul nyeri pada persendian dan kelemahan anggota gerak pada 9 Oktober 2022.
Kemudian, pasien dirujuk ke RSUD TCD Sigli pada tanggal 18 Oktober 2022.
Dokter Spesialis Anak segera melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan perawatan medis.
"Meskipun mengalami perbaikan secara klinis, akan tetapi terjadi pengecilan otot (atropi) yang menyebabkan anak berjalan menyeret di kaki kiri," kata Kadinkes Aceh dr Hanif saat konferensi persi di Kantor Dinkes Aceh, Senin (21/11/2022).
• Demam Hingga Pengecilan Pada Kaki Dialami Anak Penderita Polio di Pidie, Kenali Gejala Polio Lainnya
Kemudian lanjut dia, pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium pada spesimen tinja dilakukan di laboratorium Prof Sri Oemjati, BKPK Kementerian Kesehatan tanggal 27 Oktober 2022 (proses pemeriksaan membutuhkan waktu minimal 10 hari kerja) lalu.
Dari hasil pemeriksaan yang keluar tanggal 8 November 2022 itu, menunjukkan adanya virus polio tipe-2.
Kemudian, dilakukan pemeriksaan lanjutan Whole Genome Sequencing (WGS) di laboratorium Biofarma tanggal 10 November, dan mengkonfirmasi adanya virus polio tipe-2 di spesimen tinja.
"Pada kejadian luar biasa (KLB) di Pidie ini, kita temukan menemukan riwayat imunisasi. Jadi langkah pertama ini, kita melakukan vaksin polio tetes, baik yang sudah diimunisasi ataupun yang belum. Kita imunisasi ulang," jelasnya.
• Dinsos-P3A Pidie Jaya Serahkan Kursi Roda kepada Anak Polio dari Keluarga Miskin Asal Meurah Dua
Pemberian vaksin Polio tetes itu dilakukan selama seminggu sejak 28 November di Pidie dan 5 Desember nanti dilakukan secara serentak di seluruh kabupaten/kota di Aceh.
Saat ini pihaknya sedang menyusun metode penanganannya dan setelah mendapat persetujuan dari WHO akan segera dilaksanakan.
"Ini sifatnya wajib untuk siapa pun. Karena dia tidak melihat sudah vaksin polio atau belum. Target 95 persen anak pada penanganan ini," ujarnya.
Jika nantinya terjadi penolakan kata Hanif, pihaknya berupaya agar masyarakat menerima vaksinasi ulang secara serentak ini.
Nantinya, pihaknya juga akan melakukan rapat koordinasi dengan kabupaten/kota, agar mewajibkan kepada seluruh masyarakat terutama anak-anak di bawah 12 tahun untuk mendapat vaksin polio tetes ini.