Berita Banda Aceh
Gempa Semakin Sering Terjadi, Apa yang Harus Dicermati tentang Info Gempa dari BMKG?
Terkait dengan peristiwa itu, jika terjadi gempa lagi, Faizal menyampaikan beberapa saran untuk memperkuat kesiapsiagaan personal & komununitas
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Amirullah
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM - Penasihat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Aceh, Ir Faizal Adriansyah MSi memberikan beberapa tips tentang apa yang seharusnya dilakukan warga ketika menerima informasi gempa dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Tips-tips tersebut dikemukakan sehubungan dengan seringnya terjadi gempa akhir-akhir ini baik yang episentrum di laut maupun di darat.
Gempa terbaru yang menimbulkan banyak korban jiwa, korban cedera, maupun korban harta benda terjadi di Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022) siang.
Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa (22/11/2022) pukul 17.00 WIB, korban jiwa akibat gempa Cianjur mencapai 268 orang.
Baca juga: Media Asing Sorot Korban Gempa Cianjur Dirawat di Tenda Depan RS
Baca juga: Korban Meninggal Gempa Cianjur Jadi 268 Orang, Presiden Jalan Kaki Pantau Lokasi Bencana
"Yang sudah terindentifikasi 122 jenazah, masih ada korban hilang sejumlah 151 orang. Kita akan berusaha semaksimal mungkin agar seluruh korban ditemukan," ucap Kepala BNPB Suharyanto, dikutip dari rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (22/11/2022) malam.
Terkait dengan peristiwa itu, jika terjadi gempa lagi, Faizal Adriansyah menyampaikan beberapa saran untuk memperkuat kesiapsiagaan personal dan komunitas dalam pengurangan risiko akibat gempa.
Pertama, ketahui segera lokasi gempa. "Bila lokasi di darat itu artinya gempa dekat dengan kita, maka kekuatan 5-6 SR saja akan terasa keras, apalagi di atas skala itu," ujar Faizal Adriansyah di Banda Aceh, Rabu (23/11/2022) pagi.
Gempa berkekuatan 5-6 skala Richter, menurut Faizal, untuk potensi tsunami kecil kemungkinan terjadi, kecuali ada hal khusus.
Misalnya, gempa darat sangat kuat sehingga meruntuhkan batuan di dasar laut dan hal ini bisa memicu tsunami runtuhan.
Kedua, kalau lokasi di laut itu artinya jauh dari tempat permukiman penduduk dan akan terasa besar di atas 7 SR ke atas. "Namun, potensi tsunami harus diwaspadai. Segeralah menjauhi laut atau pantai," kata mantan ketua IAGI Aceh ini.
Baca juga: Tertimbun Reruntuhan Bangunan, Wanita Hamil 9 Bulan Korban Gempa Cianjur Tidak Bisa Diselamatkan
Ketiga, saran Faizal, perhatikan kedalaman gempa. Bila kedalamannya di antara 10-60 km itu artinya gempanya dekat muka bumi. "Gempanya pasti keras karena sampainya ke permukaan sangat cepat. Ini biasa disebut gempa dangkal," kata Faizal Adriansyah.
Keempat, cermati magnitudonya, bila 5-6 SR tapi di darat, itu sudah bisa menyebabkan kerusakan. Misalnya Pidie Jaya hancur oleh gempa sekitar 6,5 SR dan Yogyakarta juga rusak oleh gempa 5,9 SR.
Faizal juga membandingkan gempa Aceh 9,3 SR yang memicu tsunami tahun 2004, pusat gempanya di laut dengan kedalaman 30 km dan jaraknya dari Meulaboh 149 km.
"Nah, kerusakan di daratan Aceh saat itu tidak banyak karena gempa. Kerusakan di Aceh yang paling massif justru karena hantaman tsunami pascagempa," terang Faizal.