Breaking News

Internasional

Profesor Universitas Al-Azhar Dicalonkan Sebagai Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2023

Sheikh Ahmed Karima, seorang profesor yurisprudensi komparatif dan hukum Islam di Universitas Al-Azhar dicalonkan sebagai penerima Hadiah Nobel Perdam

Editor: M Nur Pakar
Supplied
Sheikh Ahmed Karima, Profesor di Universitas Al-Azhar Mesir 

SERAMBINEWS.COM, KAIRO - Sheikh Ahmed Karima, seorang profesor yurisprudensi komparatif dan hukum Islam di Universitas Al-Azhar dicalonkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2023.

Dia telah mengkonfirmasi sudah ada upaya dan gerakan oleh beberapa tokoh di luar Mesir untuk menominasikan dirinya.

Sejumlah orang dekatnya juga berusaha mendukung pencalonannya.

Karima mengatakan langkah tersebut datang sebagai hasil dari upayanya untuk menyatukan sekte Islam Sunni, Syiah dan Ibadi.

Ditambahkan, dirinya juga telah membuat inisiatif masyarakat yang diluncurkan beberapa tahun lalu.

Karima mengatakan dirinya sebagai salah satu pelopor mendukung pemulihan hubungan antar sekte agama, dan menyoroti upayanya menghadapi terorisme sejak 1996.

Baca juga: Hadiah Nobel Kedokteran 2022 Diberikan ke Ilmuwan Swedia, Evolusi Manusia Jadi Kunci Kekebalan Tubuh

Dia mengatakan telah menerbitkan buku-buku tentang Ikhwanul Muslimin dan Daesh atau ISIS.

“Saya juga memiliki yayasan amal di kawasan Haram, dan saya menyerukan untuk menghentikan kekerasan," ujarna kepada Arab News, Minggu (4/12/20220.

Dia juga mengaku telah mengkonsolidasikan serta mendukung perdamaian dunia.

"Ini sudah menjadi kegiatan yang sudah saya kerjakan sejak lama,” tambah Karima.

Dia mengatakan proposal yang dia adopsi juga didasarkan pada pendirian Pusat Perdamaian Dunia Mesir.

Sebuah pusat penelitian nirlaba khusus yang peduli dengan koreksi kesalahpahaman yang dikaitkan dengan masalah agama untuk kepentingan publik.

Baca juga: Rusia Dinilai Sebagai Ancaman Kebebasan Dunia, Pemenang Nobel Sebut Ukraina Seperti Perang Dunia II

Pusat Perdamaian ini menantang kesimpulan palsu, kutipan palsu, dan solusi untuk prinsip dan agenda kekerasan intelektual dan perilaku.

Dia menyarankan agar pusat itu berafiliasi dengan kepresidenan Mesir, kepresidenan Kabinet Mesir, dan Yayasan Harmoni di antara orang-orang.

Karima mengatakan dia bekerja untuk menyebarkan budaya perlindungan lingkungan, dalam konferensi internasional dan publikasi ilmiah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved