Internasional
Peneliti Manuskrip Kuno Irak Berusaha Restorasi dan Digitalkan 47.000 Teks Berharga
Seorang peneliti manuskrip kuno abad ke-17, melakukan pekerjaan restorasi yang rumit sebagai bagian dari upaya melestarikan dan mendigitalkan 47.000
Ahmed, salah satu dari tujuh konservator Irak yang saat ini menjalani pelatihan, didanai oleh kedutaan Italia, untuk membantu menjalankan misi restorasi kolosal.
Program tersebut melibatkan kerja sama dengan pakar Italia Marco Di Bella, yang negaranya sebelumnya telah mendanai peralatan untuk kantor House of Manuscripts, termasuk penerangan.
Baca juga: Rumah Mode Paris Dior Gelar Pertunjukan Spektakuler di Piramida Giza Kuno Mesir
Mengintip buku astronomi Ottoman abad ke-18, halaman-halamannya dipenuhi dengan kaligrafi tinta hitam yang elegan.
Di Bella membuat komentar dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
"Proses yang paling kompleks memutuskan apa yang harus dilakukan dan bagaimana mengintervensi manuskrip itu," kata konservator Italia itu kepada AFP, Minggu (18/12/2022).
"Setiap manuskrip dinilai, kami menjelaskan kerusakannya dan mencoba memahami asal-usul setiap bagian," tambahnya.
"Program ini juga membantu memperkenalkan kembali bahan konservasi tradisional yang kini “kembali menjadi mode,” kata Di Bella, seperti pati sebagai perekat.
Sementara timnya hanya memiliki empat pemindai untuk mendigitalkan seluruh arsip, Alyawi mengecam kurangnya dana yang menghalangi pembelian peralatan khusus lainnya atau mempekerjakan lebih banyak staf.
Baca juga: Arab Saudi Gelar Festival Kerajaan Kuno Perdana, Hidupkan Kembali Kota Kuno Tayma dan Khyabar
Terlepas dari kendala tersebut, Alyawi menyatakan optimisme timnya dapat memulihkan hingga 100 karya per tahun, dan perlahan-lahan mengurangi potensi ribuan karya yang membutuhkan perhatian.
"Arsip House of Manuscripts adalah koleksi terkemuka di Irak dan kawasan itu,” kata Zakaria Haffar, manajer proyek Irak di Perpustakaan Nasional Prancis (BNF).
Pada Oktober 2022, House of Manuscripts menandatangani kerjasama dengan BNF, menyusul dukungan finansial dari Yayasan Aliph, yang bekerja untuk melindungi warisan budaya di zona konflik.
Selain menyediakan bahan, seperti kertas spesialis dan kulit, kerja sama akan melihat pertukaran keterampilan untuk membantu digitalisasi, restorasi dan katalogisasi, kata Haffar.
Mayassa Shehab, yang telah bekerja di restorasi selama separuh hidupnya, mengatakan misi pelestarian dan digitalisasi sangat penting.
“Ini adalah warisan negara kita,” kata pria berusia 52 tahun itu.
“Seperti yang telah diwariskan kepada kita, kita harus mewariskannya kepada generasi mendatang," harapnya.(*)