Internasional
Iran Telah Ikut Campur Urusan Yaman Sejak 1979, Dukung Kelompok Bersenjata Houthi Mulai Tahun 1983
Pemerintah Iran telah ikut campur tangan di Yaman segera setelah Ayatollah Khomeini kembali ke Teheran pada 1979 dari pengasingan.
SERAMBINEWS.COM, AL-MUKALLA - Pemerintah Iran telah ikut campur tangan di Yaman segera setelah Ayatollah Khomeini kembali ke Teheran pada 1979 dari pengasingan.
Rashad Al-Alimi, Presiden Dewan Kepemimpinan Kepresidenan Yaman kepada Al Arabiya TV mengatakan pada 1983 pemerintah Iran memberikan dukungan kepada kelompok bersenjata yang dipimpin Badder Addin Al-Houthi, ayah dari pemimpin gerakan Houthi saat ini.
Dalam sebuah wawancara eksklusif, Al-Alimi mengatakan tahun itu milisi yang dipimpin oleh Al-Houthi dan Salah Faletah, ayah dari kepala negosiator Houthi, telah menyerang sasaran sipil dan militer di Sanaa.
“Seharusnya jelas bagi semua orang, proyek Iran disusun berdasarkan rencana strategis awal dan bukan pada tahun 2000 atau 2004," ujarnya.
"Setelah kembalinya Khomeini dan peluncuran strategi ekspansi regional Iran, masalah muncul," katanya.
“Munculnya sel-sel Iran di Yaman bertepatan dengan munculnya Hizbullah di Lebanon,” tambah presiden.
Baca juga: Yaman Tuduh Houthi Gunakan Pengadilan Untuk Bersihkan Pesaing dan Penentangnya, Harta Dijarah
Dia menunjukkan banyak pemerintah Yaman selama empat dekade terakhir mencoba mengingatkan masyarakat internasional akan gawatnya situasi, terutama selama konflik 2004 sampai 2010.
Al-Alimi mencatat pemerintah dan dewan yang diakui secara internasional berdedikasi menegakkan gencatan senjata yang ditengahi PBB, yang berakhir pada Oktober 2022.
Termasuk inisiatif perdamaian lainnya untuk mengakhiri perang, meskipun Houthi terus-menerus melanggar yang sejak April 2022 telah menyebabkan ratusan personil militer tewas atau terluka.
“Milisi Houthi telah menolak untuk memperpanjang gencatan senjata dan membuka jalan di Taiz hingga hari ini,” katanya, seperti dilansir Arab News, Rabu (21/12/2022).
Pada Oktober 2022, Dewan Pertahanan Nasional, yang diketuai Al-Alimi, mencap Houthi sebagai kelompok teroris.
Setelah kelompok itu menyerang terminal minyak di provinsi selatan Hadramout dan Shabwa, yang mengakibatkan penutupan fasilitas utama dan penghentian ekspor minyak. sumber penghasilan utama Yaman.
Baca juga: Houthi Dituduh Siksa dan Sembunyikan Kematian Tahanan dari Keluarga Selama Bertahun-Tahun
Sebagai akibat dari serangan tersebut, pemerintah Yaman mungkin tidak dapat membayar gaji ribuan pegawai pemerintah.
Apalagi, biaya perbaikan kerusakan fasilitas Hadramout diperkirakan mencapai $50 juta, tambahnya.
“Kami mendesak masyarakat internasional untuk melanjutkan dari kecaman menjadi tindakan dengan mengklasifikasikan kelompok teroris ini sebagai organisasi teroris," harapnya.